Jumat, 18 September 2009

Sembunyikan Nama Sampai Direct Film Panjang


Mbek, nama yang dapat menggiring pikiran manusia pada seekor kambing. Tapi, jangan samakan Mbek yang satu ini dengan hewan mamalia tersebut.

Sosok ini punya segudang cerita dan pengalaman tentang dunia perfilman. 13 kali menyutradarai film independent (indie) dan tiga kali terjun dalam pembuatan film panjang merupakan sekelumit prestasi yang dimilikinya. “kalau aku belum men-direct film panjang, nama asliku nggak akan aku sebutkan,” nadzar yang terucap dari pria berumur 27 tahun tersebut.

Tak hanya itu saja, karena begitu getol keinginannya untuk membuat film panjang, sampai-sampai ia memutuskan untuk selalu memakai baju dengan terbalik hingga impiannya tersebut terwujud. Tak disangka gaya berpakaiannya yang seperti itu, kini menjadi ciri khas yang melekat pada dirinya, selain topi, kacamata dan tato dilengan kirinya.

Banyak karya film yang telah ia ciptakan. Khususnya film indie “Dari 13 film independent yang pernah ku buat, ada tiga film yang paling berkesan Summer Romance, Lowongan Pekerjaan dan Bisikan Senja,” tutur

Dari film Lowongan Pekerjaan (LP) dapat membawa Mbek sampai ke Jepang. Karena film yang diproduksi tahun 2008 ini berhasil masuk menjadi nominasi Sapporro Sort Fest. Sebuah festival film pendek yang diadakan di Sapporro, Jepang. “Rasanya bangga banget karena LP satu-satunya film dari Indonesia yang bisa nimbus sampai sana,” ujarnya.

Ia pun juga pernah menggarap video klip grup band kenamaan, seperti Olif, Soulmade, Andezz dan Farabi Gading All Star. Tak hanya itu, pria asli Surabaya ini juga beberapa kali menggarap film panjang sebagai astrada (Asisten Sutradara). Diantaranya Sang Dewi, Crazy In Thailand dan Serigala Terakhir.

“Baik indie maupun industry, semuanya menyenangkan, hanya perbedaannya, kalau di jalur indie aku bisa menampilkan semua yang kuinginkan, karena tidak ada aturan-aturan yang mengikat dalam berkarya,” ulasnya.

Ia mengimbuhkan jika kendala di jalur indie adalah masalah dana, perlengkapan, peralatan dan lain-lain. Hal ini tak terjadi jika berada di jalur industry. “Semua serba mudah, dari dana sampai peralatan semua terjamin, musuh kita hanya waktu,” paparnya.

Awalnya pria yang sempat kuliah di Stikom (Sekolah Tinggi Ilmu Komputer) Surabaya ini tertarik dalam bidang musik dan informatika. Kemudian dunia perfilman menarik hatinya untuk berkecimpung didalamnya. “Disini aku dapat berkarya bebas, misalnya aku nggak suka sama orang, aku bisa visualisasikan dalam bentuk film,” ungkapnya.

Meskipun belum sekalipun mendapatkan award, tetapi bila berandai-andai mendapatkan award, Mbek pertama kali akan mengucapkan terima kasih pada Ibundanya, Supriyatiningsih. “Mama selalu melarang minatku ini, Mama lebih mendukung ku untuk jadi dokter,” terang pria sulung dari tiga bersaudara tersebut.

Berkat dunia barunya ini, Mbek berkesempatan untuk menjejakkan kakinya ke banyak tempat, termasuk ketika ia menimba ilmu di negeri kanguru, Australia. ”Dari sini aku bisa kemana saja, keliling Indonesia bahkan keliling dunia. Aku berkesempatan belajar di Summer Film School, Melbourn, berkat beasiswa yang ku dapatkan,” aku pria yang masa sekolah dasarnya dihabiskan di SDN Ketabang V ini.

Nasionalisme Mbek

Ada hal menarik jika menilik sisi lain pria kelahiran 27 Mei 1982 ini, ia mengaku memiliki rasa nasionalis yang besar. “Aku ini termasuk orang yang nasionalis banget,” ungkapnya.

Ia menambahkan jika sebetulnya yang terpenting bukanlah kata-kata yang dilontarkan tentang nasionalis tersebut, tapi yang penting adalah rasa yang tertanam pada dalam dirinya. ”Biarpun sepatuku import, tapi aku tetap pilih warna yang merah putih,” ungkapnya sambil menunjukkan sepatunya.

Ada rasa kebanggaan waktu aku pakai baju batik saat festival film pendek di Sapporo,” ujarnya. Ia mengimbuhkan jika di Jakarta ia memiliki komunitas kecil yang anggotanya memiliki rasa nasionalisme terhadap Indonesia. (T:Subagus Indra/F: Dhimas Prasaja)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar