Rabu, 10 Agustus 2011

Perbanyak Air Putih, Jauhkan Panas Dalam

Suatu hari di siang yang terik, saya sedang duduk di ruangan kantor dan asik mengutak-atik program di handphone. Tapi, mendadak hasrat ini tergerak untuk bersegera ke kamar mandi. Dalam kurun waktu kurang dari setengah jam, lebih dari tiga kali saya keluar masuk kamar mandi. Nampaknya, suhu udara di ruangan ber-AC (Air Conditioner) itu membuat saya doyan buang air kecil. Meskipun panas matahari di luar begitu menyengat, nyatanya AC itu mampu membekukan segala yang ada di dalam ruangan.

Awalnya, saya kira ini hanya hal biasa, yang orang jawa biasa menyebutnya ‘anyang-anyangen’; sering buang air kecil, tapi tak banyak air seni yang keluar. Memang itu yang saya rasakan. Tapi anehnya, ketika buang air kecil, maaf, alat reproduksi saya terasa sakit. Tak hanya itu, sekali lagi maaf, air seni saya pun bercampur dengan gumpalan darah. Badan terasa lemas, kepala pusing dan pinggang terasa sakit. Meskipun terkejut, saya berusaha berfikir positif.

Sontak saya teringat wejangan orang tua, jika mengalami ‘anyang-anyangen’ maka salah satu jempol kaki harus diikat erat. Saya tak tahu pasti apa tujuannya. Yang jelas saya pernah mencobanya dan berhasil.

Sialnya, di percobaan saya yang kedua ini hasilnya tak terlihat. Kata seorang kerabat, saya juga harus mengolesi pusar saya dengan balsam. Meski (juga) tak tahu apa manfaatnya, toh, saya juga menurutinya. Segera saya mengambil balsem, mencoleknya sebanyak ujung jari telunjuk dan mengoleskan rata ke daerah sekitar pusar. Tak merasakan panasnya, langsung saya tambahkan lebih banyak ke pusar saya.

Hmm..akhirnya panas balsam menyergap tubuh. Nyaman rasanya. Intensitas saya buang air kecil jadi sedikit berkurang. Tapi sewaktu buang air kecil masih mengeluarkan gumpalan darah. Saya masih merasakan ini hingga dua hari setelahnya. Tapi kemudian demam pun mulai menghinggap. Selama mengidap penyakit ini saya juga sulit buang air besar (BAB) dan gampang haus.

Tak ingin semakin parah, saya pergi ke dokter. “Ohh, ini panas dalam,” kata dokter setelah saya beritahukan keluhan yang saya alami. “Masak cuma panas dalam,” kata saya dalam hati. Maklum, saya salah satu tipe orang yang kurang sepenuhnya percaya pada dokter. Mungkin mindset saya telah terkontaminasi kabar-kabar kejahatan malpraktek yang dilakukan dokter. “Banyak-banyak minum air putih ya. Satu jam sekali minum satu gelas,” imbuhnya sambil memberikan obat.

Dokter mengatakan, penyakit ini berpotensi menjadi kencing batu. Sebelum terlambat, saya pun menuruti kata dokter, meminum obat teratur dan mengkonsumsi air putih lebih dari cukup. Hasilnya, saat ini penyakit itu mulai sembuh. BAB saya lancar, pinggang saya normal, alat reproduksi saya tak lagi sakit sewaktu buang air kecil, tak ada lagi gumpalan darah dan saya bebas menjalani aktivitas yang padat. Terima kasih dok.

Selasa, 09 Agustus 2011

Ikon Wisata Kalimas Masih Bikin Cemas

Jauh sebelum Belanda menancapkan benderanya di tanah air, ketika masa kepemimpinan Raden Wijaya dibawah panji kerajaan Majapahit, peran Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting. Saat itu Pelabuhan Kalimas berperan sebagai pintu gerbang perekonomian rakyat. Setiap harinya sungai Kalimas selalu dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya. Kini, walau tak bergeser dari fungsinya, suasana itu tak lagi dapat dilihat.

Siang itu, Senin (30/5), di dermaga pelabuhan Kalimas sepanjang 2.270 meter tersebut puluhan kapal lokal dan kapal layar motor (KLM) nampak begitu anggun membentuk formasi sandar sirip. Di sisi daratan truk-truk berbaris siap menampung barang yang diturunkan dari kapal.

Sengatan panas matahari tak pelak mengilatkan kulit legam para buruh bongkar muat itu. Gelondongan kayu, bongkahan besi dan puluhan karung beras adalah secuil barang yang harus mereka naik atau turunkan dari kapal. Walau peluh terus menetes, asa tetap terpancar dari matanya. Hiruk pikuk pelabuhan Kalimas ini seolah menjadi teman setia dalam perjuangan mempertahankan hidupnya.

Suara crane kapal begitu nyaring. Alat bantu pengangkut barang ini sibuk membongkar barang dari kapal Miyajima. Saat itu pula, di gudang 604 A berjejer ratusan barang yang terkemas dalam kubik-kubik kayu. Di dalam ruangan yang terletak di pojok, Teguh Prasetyo sedang sibuk dengan tumpukan berkasnya. “Disini barangnya campuran, mulai dari makanan ringan sampai keramik juga ada,” kata Kepala gudang 604 A pelabuhan Kalimas ini pada penulis.

Barang yang ada di gudang ini biasanya tak langsung dimuat ke kapal. “Proses bongkar muat tergantung kesiapan kapal ataupun barangnya. Kalau barang sudah siap tapi kapal belum datang, terpaksa barang harus menunggu di dalam gudang. Begitu juga sebaliknya,” jelas Teguh.
Tak jarang proses menunggu ini memakan waktu hingga satu bulan. Menejer terminal Kalimas, I Ketut Sutirta Rahaja, menjelaskan sistem yang diterapkan di pelabuhan Kalimas memang memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan yang diterapkan di pelabuhan dalam. Ketika barang datang, kegiatan muat barang dapat langsung dilakukan.

“Di sini (Pelabuhan Kalimas) proses bongkar muat tak hanya menunggu kesiapan barang dan kapal, mereka juga harus menyiapkan tenaga kerja bongkar muat (TKBM). Karena di sini TKBM bersifat borongan atau tidak terikat,” ujarnya. Tetapi, jika barang dan kapal sama-sama ready, dengan jumlah TKBM lebih dari 10 orang, proses bongkar ataupun muat barang dapat diselesaikan dalam waktu satu hari.

Selain itu, kapal bebas keluar masuk pelabuhan. Asalkan armada kapal mengantongi ijin dari kantor Administrasi Pelabuhan (Adpel), kapal boleh kapanpun labuh atau meninggalkan pelabuhan. “Meski begitu, kami (terminal Kalimas) tetap menjadi pengendali arus kapal di pelabuhan Kalimas. Mereka tetap harus menyerahkan berkas ijin sandar, meninggalkan, bongkar, muat hingga mendatangkan crane kapal,” jelas Ketut.

Karena ketidakpastian ini membuat volume bongkar muat kapal sulit dihitung secara pasti per harinya. Meski begitu, tak sembarangan kapal boleh masuk pelabuhan seluas 5,2 Hektar ini. Menurut peraturan yang diterbitkan Adpel, kapal yang diijinkan sandar di pelabuhan Kalimas adalah jenis kapal lokal dan KLM. Untuk kapal lokal memiliki spesifikasi panjang tidak lebih dari 55 meter. Tapi untuk KLM, berapapun panjangnya tetap diperbolehkan masuk.

Akibat sedimentasi yang terjadi di sungai Kalimas, kapal lokal hanya diperbolehkan sandar sirip di daerah dekat muara. Ini bertujuan agar draft yang dilakukan kapal tak sampai mengakibatkan kapal kandas.

Ditengah keunikan sistem yang berlaku di pelabuhan Kalimas, pengelola terus memperbaiki fasilitas penunjang. Seperti bolder, paving dan pengerukan dasar sungai untuk menambah kedalaman sungai. Adanya pedagang makanan yang berjualan di area pelabuhan tak luput dari penanganan. Ketut menyadari kehadiran penjual tersebut memang dibutuhkan oleh para buruh bongkar muat. “Agar tak mengganggu bongkar muat kapal, kami memberi solusi dengan membuatkan tempat khusus untuk mereka berjualan di kawasan Lini 2. Meski masih banyak dari mereka yang nakal,” katanya.

Pintu Gerbang Peradaban

‘Penyanderaan’ Belanda terhadap ibu pertiwi selama lebih dari tiga abad bukan tanpa bekas. Sejumlah bangunan kuno yang ada di nusantara merupakan saksi bisu masa kependudukan Belanda. Seperti halnya jembatan Petekan. Tipe jembatan angkat atau dalam bahasa belanda disebut Ophaalburg ini merupakan ritus yang membuktikan adanya kegiatan pelayaran di kawasan pelabuhan Kalimas masa lalu.

Tempo dulu, kapal-kapal dagang berukuran besar hanya dapat sandar di selat Madura. Namun, ketika mendekati perairan Surabaya, untuk membongkar atau memuat barang-barang kargonya digunakanlah tongkang-tongkang atau kapal-kapal sekunar. Setelah memuat barang ditengah laut, dengan gesitnya kapal-kapal itu menelusuri Kalimas hingga mencapai pelabuhan utama yang pada waktu itu merupakan pelabuhan Kota Surabaya yang terletak di jantung kota.

Disepanjang sungai Kalimas tahun 1925, banyak berdiri pabrik-pabrik yang menjadi sektor industri di kota Surabaya. Hakekatnya cagar budaya sesungguhnya bukan sebuah ikon suatu kota. Lebih dari itu adalah artefak yang bernilai tinggi. Saat ini bangunan-bangunan tersebut diwujudkan sebagai tempat wisata yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Untuk mengenang sungai Kalimas sebagai tempat perdagangan dan pelabuhan air, yang didukung Pemerintah Kota Surabaya dengan mengadakan berbagai kegiatan diantaranya perahu hias dan tempat kunjungan wisata.

Pesona Wisata

Ditengah hiruk pikuk dinamika pelabuhan Kalimas yang kadang membuat stres, nyatanya, justru membuat wisatawan domestik maupun mancanegara kepincut ingin mendatangi pelabuhan tradisional ini. Pesona kapal tradisional dan kegiatan awak kapalnya mengusik rasa penasaran wisatawan. Layarnya yang terkembang lebar dengan tiang penyangga yang tinggi dan kokoh menambah eksotika moda transportasi satu ini. Pemerintah kota (pemkot) Surabaya yang bekerjasama dengan menejemen pelabuhan cabang Tanjung Perak, membuat program pariwisata yang menjadikan pelabuhan Kalimas sebagai tempat tujuan wisata.

Namun rencana ini masih belum jelas kapan akan terealisasi. Memurut Ketut, saat ini masih dalam proses pembebasan gudang yang dimiliki oleh pihak swasta dan Angkatan Darat (AD). “Gudang milik Angkatan Darat yang berada di wilayah kami merupakan bangunan yang dibangun menggunakan dana APBN. Sehingga proses penghapusannya harus melalui menteri keuangan. Ini memerlukan waktu yang panjang,” jelasnya.

Meski harus melepas beberapa gudang yang dimiliki swasta dan AD, menejemen tidak khawatir bakal mengalami penurunan jumlah pemasukan. “Kami mendukung sepenuhnya program pemkot tersebut,” katanya. Sebagai salah satu upayanya yang lain, pengelola pelabuhan pun selalu menggalakan program pembersihan air sungai Kalimas. “Kami menyediakan petugas khusus untuk membersihkan sungai dari sampah yang berasal dari tengah kota itu,” imbuhnya.

Rencananya proyek pemkot ini akan menggunakan area pelabuhan Kalimas dari pos IV hingga jembatan petekan sebagai tempat kunjungan wisata. Wilayah ini dipilih karena tak terlalu sibuk dengan kegiatan bongkar muat kapal, sehingga wisatawan tak mengganggu kegiatan serupa di pos lainnya.

Angin segar berhembus dari salah satu perusahaan rokok di Indonesia. Menurut Ketut, pihaknya telah melakukan kerjasama dengan perusahaan rokok tersebut untuk menggunakan pelabuhan Kalimas sebagai daerah tujuan wisata. “Rencananya, setiap hari Minggu di bulan Juni, program tour wisata milik perusahaan rokok itu akan melintasi pelabuhan ini lewat darat,“ jelasnya. Ia menambahkan, selain lewat darat, perjalanan wisata ini tak menutup kemungkinan akan dapat dinikmati lewat air pula. “Impian kami, nantinya perjalanan wisata air itu layaknya yang ada di belanda dan negara lainnya,” tambahnya.

Naskah : Subagus Indra

Senin, 08 Agustus 2011

Kelezatan Tersaji di Bambu Asri

“Kalau ke Jombang tidak mampir lesehan Bambu asri, hukumnya haram bagi saya,” tutur salah seorang pelanggan asal Surabaya.

Kenikmatan menu sajian lesehan Bambu Asri sudah diketahui banyak orang. Bahkan wakil Gubernur Jawa Timur, Saifulah Yusuf, selalu menyempatkan datang ke tempat ini setiap kali pulang ke kampung halamannya itu. Hal tersebut terlihat dari beberapa foto yang menghiasi di dinding lesehan ini.

Lesehan yang terletak di desa Sengon, Jombang, atau sekitar 500 meter kearah selatan dari pabrik gula Pulo ini, menyajikan menu kuliner lain dari pada yang lain. Beberapa menu favoritnya seperti wader, belut, pepes ikan rengkeh dan pepes ikan kutuk.

Menurut Muhammad Naim, pemilik lesehan, menu-menu tersebut dihadirkan untuk memenuhi permintaan pasar akan menu kuliner yang tidak biasa. Seperti pepes ikan rengkeh, jenis ikan yang bentuk kepalanya mirip ikan lele ini terbukti disukai banyak pelanggan. “Karena jenis makanan ini sulit ditemui di kota lain,” tutur pelanggan asal Surabaya.

Pepes ikan rengkeh memiliki bumbu yang sedap. Mirip bumbu kari, membuat bau amis pada ikan hilang sama sekali. Berbeda dengan kulitnya yang kenyal, tekstur daging ikan rengkeh mirip ikan kutuk, sedikit kasar dan berserat. Namun bumbunya sangat merasuk sampai dalam.

Selain itu, menu andalan lainnya adalah ikan wader. Menu ini disajikan dengan udang, ikan teri dan sambal uleg yang istimewa. Ditambah lagi kolaborasi nasi putih dan nasi jagung yang siap memuaskan rasa penasaran pelanggan. Dalam sehari lesehan ini harus menyediakan setidaknya 25 kilogram ikan wader untuk memenuhi permintaan pelanggan.

Tempat ini selalu dipadati pelanggan ketika jam makan siang, sekitar pukul 11.00 – 14.00. Kenikmatan menyantap sajian juga didukung oleh suasana lesehan yang asri. Letaknya yang berada di dekat aliran sungai dan di bawah pohon bambu membuat udara berhembus sejuk. Begitu menggoda bukan?

Apabila penasaran, Anda dapat langsung datang ketempat ini kapanpun. Karena lesehan ini buka setiap hari, kecuali Jumat legi (penanggalan jawa) tutup, buka dari pukul 09.00 – 21.00 wib. Untuk seporsi hidangan setiap menu yang ada dibandrol harga 10 ribu rupiah.

Naskah dan Foto : Subagus Indra

Jumat, 06 Mei 2011

Manis Lunak Iga Bakar Pacitan

Letak Kabupaten Pacitan yang berada pada rangkaian Pegunungan Kidul, membuat wilayah seluas 1,4 kilometer persegi tersebut memiliki gua-gua yang indah. Seperti Gua Gong, Tabuhan, Kalak dan Luwek Jaran. Selain itu pesona pantai Teleng Ria pun menjadi sihir tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke tempat kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudoyono tersebut.

Disamping pesona alam yang memukau tersebut, Anda perlu mencicipi cita rasa kuliner Pacitan yang lezat. Seperti Iga Bakar khas Rumah Makan Jatim. Di Rumah Makan yang terletak tepat didepan Mapolsek Teleng, Pacitan, atau satu kilometer sebelum Pantai Teleng Ria ini, menyediakan menu andalan Iga Bakar dengan rasa yang nikmat.

Tekstur daging yang lunak, dengan perpaduan bumbu yang meresap kedalam daging, membuat menu satu ini menjadi primadona. Kelezatan menu satu ini juga diakui oleh pelanggan setianya, Lin. Menurutnya, bumbu Iga Bakar sangat meresap. “Enak sekali. Menu ini idola saya,” katanya.
Kualitas rasa Iga Bakar semakin komplit saat secowek sambal uleg turut menemani. “Iga Bakar terasa lebih lezat jika dinikmati kala masih dalam keadaan hangat,” imbuh Lianny.

Ditangan wanita yang memang hobi memasak ini Iga Bakar juga dikreasikan dalam tampilan yang lain. “Saya menambahkan tulang dalam sajian agar tampak lebih cantik,” tukas wanita yang akrab disapa Bu Kim ini. Ia juga mengaku tidak menggunakan bahan pengawet dan penyedap apapun dalam bumbu masakannya. Ia lebih percaya memakai bumbu-bumbu tradisional.

Berbekal keuletan tinggi, kini usaha yang dirintisnya empat tahun lalu tersebut telah dapat menghabiskan setidaknya 20 kilogram Iga per harinya. Lianny juga bertekad melayani pelanggan dengan kualitas layanan nomor satu. Menurutnya pelanggan adalah raja yang berhak mendapatkan pelayanan terbaik.

Untuk memenuhi permintaan pasar Pacitan, Rumah Makan ini mengunsung konsep lesehan. “Disini orang lebih suka makan ditempat lesehan, lebih santai. Namun sayang tempat makan lesehan disini jarang ada,” katanya.

Selain Iga Bakar, rumah Makan Jatim juga menyediakan menu masakan khas Jawa Timur lainnya. Seperti Sop Buntut, Nasi Soto Ayam, Nila Bakar dan Ayam goring dan bakar. Untuk satu porsi Iga Bakar, Lianny memasang harga 15 ribu rupiah.

Naskah dan Foto: Subagus Indra

Minggu, 01 Mei 2011

Teknologi, Kompetensi dan Responsibiliti Wartawan

Terdapat beberapa orang yang mengibaratkan kerja jurnalis layaknya seorang superhero. Betapa tidak, si kuli tinta ini diharuskan tahu tentang banyak hal, merekam peristiwa-peristiwa penting dan menyebarkannya pada publik. Tak jarang pula dalam proses kerjanya harus berhadapan dengan maut. Jurnalis pun harus mampu menghadapi hal ini.

Jurnalis bukanlah profesi yang sepele. Karena apa yang dilakukannya menyangkut masa depan peradaban manusia. Oleh karena itu, untuk mendukung kerja intelektualnya, jurnalis harus mempunyai banyak kecakapan, antara lain kecakapan menguasai lapangan untuk mencari berita, kecakapan menulis dan menyajikan berita yang dibuat.

Untuk menghasilkan karya jurnalistik yang baik, berawal dari peliputan di lapangan. Wartawan menjalani tiga peran sekaligus, yaitu wartawan sebagai pengamat, sebagai saksi mata dan sebagai dekat pelaku. Untuk melakukan ketiga hal tersebut secara bersamaan, wartawan harus memiliki softskill yang baik.

Dalam kegiatan jurnalismenya wartawan pun memiliki rambu-rambu. Semua diatur dalam kode etik jurnalistik. Menyangkut tentang etika wartawan saat peliputan maupun penulisan berita.

Karena berhubungan dengan publik, pers memiliki pengaruh hebat di masyarakat. Pers yang baik akan sangat tergantung pada kualitas wartawannya. Wartawan dengan kualitas pas-pasan akan memengaruhi kualitas pemberitaannya. Artinya, kualitas beritanya juga pas-pasan, begitu juga sebaliknya. Kalau wartawannya hanya punya kualitas pas-pasan bagaimana bisa mengharapkan peningkatan kecerdasan masyarakat.

Oleh karena itu, kompetensi wartawan sangat diperlukan sebagai salah satu syarat peningkatan kualitas pemberitaan dan berpengaruh pada kecerdasan masyarakat pula. Kecerdasan wartawan dalam mengangkat persoalan atau informasi untuk disiarkan, mau tidak mau berkorelasi erat dengan peningkatan pengetahuan dan wawasan. Tak terkecuali bisa menambah pemahaman pembaca terhadap suatu permasalahan yang sedang terjadi. Wartawan yang berkualitas karenanya ditandai dengan kualitas karya jurnalistiknya.

Untuk itulah, jurnalis membutuhkan kompetensi. Berdasarkan rumusan Dewan Pers, ada tiga kategori kompetensi yang harus dimiliki oleh jurnalis, antara lain:
1. Kesadaran (awareness), yakni jurnalis menyadari setiap tindakan jurnalistiknya akan dipengaruhi oleh etika, karir, hukum, dan norma-norma. Artinya, jurnalis bukan orang bebas yang bisa berbuat seenaknya.
2. Pengetahuan (knowledge). Jurnalis adalah seorang ilmuwan. Karena sebagai ilmuwan, jurnalis dituntut mempunyai pengetahuan yang layak, yakni pengetahuan khusus dan teknis. mencakup pengetahuan umum dan pengetahuan khusus sesuai bidang kewartawanan yang bersangkutan. Tak kalah penting, jurnalis harus tahu bagaimana teori dan prinsip jurnalistik.
3. Keterampilan (skill). Jurnalis harus mempunyai keterampilan. Meliputi keterampilan menulis, wawancara, riset, investigasi, menganalisis arah pemberitaan, serta dapat mengoperasikan perangkat-perangkat teknis seperti kamera, komputer, internet, dan lain sebagainya.

Karena hubungan wartawan dan publik begitu mesra, pers meminggul tanggung jawab serius terhadap publik. Melalui medianya pers diwajibkan dapa memenuhi kebutuhan informasi, pengetahuan, hiburan dan kontrol sosial masyrakat. Lebih jauh lagi, pers pun diharapkan mampu membangkitkan optimisme kreatif masyarakat dalam menghadapi perubahan,salah satu caranya dengan memberdayakan kesadaran untuk kemandirian publik.

Berkaitan dengan itu, seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam teknologi tercipta untuk memudahkan aktifitas dan kerja manusia, termasuk kerja pers. Penemuan internet di era 90an menjadikannya pisau bermata dua. Di satu sisi menjadi bahaya besar bagi pengguna yang kurang bijaksana, namun juga memberi kemudahan bagi kerja manusia, khususnya wartawan.

Cara penyampaian berita kepada masyarakat dengan cara “manual” dianggap tidak relevan lagi. Surat kabar, televisi, dan radio tidak lagi hanya mengandalkan medianya itu sendiri, tetapi sudah memakai media internet. Internet akhirnya memaksa manusia merumuskan kembali, dan mencari model tentang proses penyampaian berita. Kekuatan internet itu pernah diramalkan Prof. Philip Meyer, jika di tahun 2040, orang akan menyaksikan koran terakhir terbit dan dibaca orang.

“TV adalah tentang cara mempertontonkan berita. Media cetak lebih banyak menceritakan dan menjelaskan. Adapun media online mempertontonkan, menceritakan, memeragakan, dan berinteraksi.” (Jonathan Dube, Cyberjournalist.Net)

Berkaitan dengan proses penyebaran informasi yang dahulunya dilakukan para jurnalis media utama seperti jurnalis televisi, radio, dan media cetak lain, sekarang sudah banyak yang menggugat. Penyebaran informasi bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, apa saja dan dengan cara apa saja. Warga negara yang selama ini dipersepsikan sebagai kelompok konsumen media, sekarang bisa bertindak sebagai jurnalis. Inilah kecenderungan jurnalisme baru di era internet ini.

Kesimpulan
Angin segar hadir kala muncul perkembangan teknologi komunikasi, internet. Kerja pers sedikit dimudahkan. Namun, paradigma penyampaian berita dengan cara manual seperti menggunkan TV, radio dan media cetak harus bergeser. Karena sifat internet yang mempertontonkan, menceritakan, memeragakan, dan berinteraksi dengan publik, dirasa lebih efektif dan efisien.

Pers memiliki tanggung jawab besar terhadap perkembangan negara. Karena hubungannya yang cukup mesra dengan publik, muncul tanggung jawab dan kesadaran sosial. Untuk memenuhi hal tersebut, jurnalis harus memiliki kompetensi khusus. Dalam kegiatan jurnalisme sendiri, kode etik jurnalistik mesti dijadikan pedoman. (Subagus Indra)

Rabu, 20 April 2011

Sensasi Rasa Bebek Pak Karta

Sensasi rasa gurih saat gigitan pertama begitu membangkitkan selera. Tekstur daging bebek yang pas, semakin menggoda untuk lekas menyantap habis hidangan. Ditambah kolaborasi sambel uleg makin menyempurnakan rasa.

Berada di Jalan Ngagel Jaya Utara nomor 6, Surabaya, Bebek goreng P. Karto berdiri 2010 lalu. Sebelumnya, warung bebek ini sudah lebih dulu hadir di Gresik dan Jalan HR Muhammad Surabaya.

Konsep warung bebek keluarga yang diusung ternyata mampu menarik minat penikmat bebek Surabaya. “Konsep yang sengaja Saya tawarkan merupakan konsep warung bebek dengan yang mengunggulkan cita rasa, kebersihan, kenyamanan dan space luas. Sehingga tidak ada masalah jika membawa rombongan keluarga ataupun kolega,” ujar pemilik rumah makan, Prayitno Hadi Karta.

Ia menambahkan, Usahanya ini juga didukung dari tingginya permintaan menu kuliner bebek oleh warga Surabaya. “Saya lihat warga Surabaya sangat senang makan bebek. Namun ketersediaan warung bebek yang layak saya rasa kurang,” tutur pria asli Purworejo ini.

Proses demi proses yang dilewati dalam pengolahan daging bebek hingga berada di atas meja saji sangat diperhatikan dengan teliti. “Kami mengolah daging dengan standar-standar baku yang sengaja kami buat sendiri. Begitu pula dengan kualitas daging, Saya selalu menggunakan daging segar. Itu yang membuat kualitas rasanya berbeda dengan warung bebek lain,” katanya.

Karta mengaku, sampai dengan saat ini bebek dipasok dari wilayah jawa timur. “di Jawa timur pasokan sangat banyak. Kualitas juga bagus. Saya memakai bebek afkir. Sehingga dagingnya lebih enak,” ujarnya.

Warung bebek ini setiap hari buka dari jam 10.00 WIB hingga 21.00 WIB. “Biasanya kalau sudah habis, nggak sampai jam 21.00,” imbuhnya. Selain itu, warung bebek goreng ini juga membuka cabang di Sidorjo. Yaitu di Jalan Taman Pinang Indah Blok BB4-16.

Rata-rata dari seluruh cabang. bebek goreng pak Karta ini mampu menghabiskan 600 ekor bebek per hari. Satu ekor bebek goreng dihargai 62 ribu rupiah. Sedangkan per bagian seperti dada, paha, ceker dipatok dengan harga beragam, mulai dari 6 ribu hingga 16 ribu rupiah per porsinya. Tertarik mencoba?
Naskah dan foto: Subagus Indra

Selasa, 19 April 2011

Inspirasi Band Baru, Piyu Bikin Buku

Resah dengan generasi band Indonesia yang meredup, gitaris band Padi, Piyu, meluncurkan buku biografi berjudul Piyu Life, Passion, Dreams and his legacy. Lewat buku ini Piyu ingin menginspirasi banyak orang lewat perjuangan hidupnya.

“Saya belum berani menyebut diri saya sukses. Tapi saya pikir banyak perjalanan hidup saya yang bisa saya ceritakan ke orang lain melalui buku, supaya anak muda atau anak band yang membaca buku ini ikut termotivasi dan terinspirasi,” papar Piyu dalam acara bedah bukunya Kompas Gramedia Book Fair di Gramedia Expo ,Surabaya, Jumat (15/4).

Ia mengungkapkan, perihatin dengan mental generasi band baru Indonesia yang dirasa kurang tangguh, sehingga tidak dapat meledak seperti band-band di era Piyu. Tak hanya lewat buku, sebelumnya Piyu telah bekerjasama dengan sebuah perusahaan rokok untuk menggelar ajang pencarian band-band pendatang baru. Saat itu, Piyu berpikir ingin membagi ilmu dengan anak-anak muda yang memiliki mimpi menjadi musisi.

“Setiap tahun ada event di Surabaya pencarian untuk menjadi superband. Saya pikir saya pernah menjadi seperti mereka. Saya merasa harus berbagi ilmu saya yang sudah saya dapatkan selama beberapa tahun berkarier di industri musik kepada anak-anak muda,” urainya.

Akhirnya, Piyu memutuskan menuangkan perjalanan hidupnya ke dalam buku. Dia memulai proses penulisan selama enam bulan dengan dibantu penulis lain. Dalam buku ini selain terdapat kisah perjalanan Piyu dan Padi, juga terdapat tips membuat lagu,bermain gitar sampai dokumentasi naskah lirik lagu-lagu yang sempat diciptakannya. “Saya selalu menddokumentasikan semuanya. Ini merupakan investasi yang baik untuk masa depan,” ujarnya.

Dalam acara tersebut Piyu juga menyumbangkan beberapa lagu secara acoustic bersama salah satu personil band baru yang sedang diproduserinya. Lagu-lagu yang dinyanyikan diantaranya Sobat, Kau Seperti Kekasihku dan Harmoni.

naskah dan foto : Subagus Indra

Senin, 21 Februari 2011

Cita Rasa Murni Tahu Campur Kapasari


Irisan tahu bersinergi dengan mie, kikil dan sambal petis, menghasilkan rasa yang mengundang selera. Perpaduan tersebut hadir dalam rasa sajian tahu campur Kapasari.

Terletak di Jalan Simokerto 43, Surabaya, tahu campur Kapasari buka dari jam 11 siang hingga 11 malam. Usaha yang dirintis oleh H. Munaji sejak 25 tahun lalu ini menyajikan aneka menu mantab. Diantaranya tahu campur, soto ayam dan lontong kikil. Kini, usaha kuliner ini telah dikelola oleh putra-putranya, salah satunya Firman.

Yang spesial di warung ini adalah sajian tahu campurnya yang terkenal lezat. “Resepnya turun temurun dari keluarga,” tutur Firman. Ia menambahkan, meski saat ini harga bahan baku sedang naik, namun pelayanan terhadap pelanggan tidak berkurang. “Kami tetap menjaga kualitas rasa. Meskipun harga bahan-bahan naik, tapi tidak ada pengurangan. Karena yang penting pelanggan puas,” tegas pria 43 tahun ini.

Menurut salah satu pelanggan tetap, keistimewaan tahu campur ini berasal dari kuahnya. “Kuahnya mantab,” tuturnya. Kentalnya kuah sangat pas. Belum lagi cita rasa sambal petis yang khas, membuat aromanya saja begitu menggoda selera.

Sayang sekali bila Anda melewatkan menu kuliner satu ini. Warung ini ramai dikunjungi konsumen ketika jam makan siang tiba. “Biasanya ramai jam 11 siang, waktu jam makan siang,” akunya. Untuk satu porsi tahu campur, Firman mematok harga 10 ribu rupiah.

naskah dan foto : subagus indra

Nikmatnya Bikin Pelanggan Balapan


Cita rasa sambal yang mantab, berpadu dengan kenyalnya toge membuat lontong balap Pak Tjip mampu menggoyang lidah para pelanggan.

Soetjipto, mulai merintis usaha kulinernya ini sejak 24 tahu lalu. Berawal dari gerobak dorong, kini lontong balapnya telah dapat dijumpai di jalan Gubeng Kertajaya XV. Meskipun bukan warga Surabaya Asli, namun racikan lontong balapnya patut untuk dicoba. “Awalnya Saya mendapatkan usaha ini dari teman. Seterusnya Saya belajar membuat lontong balap sendiri,” ujar laki-laki kelahiran Semarang ini.

Dalam berdagang laki-laki 56 tahun ini sangat memperhatikan pelayanan pada pelanggan. Selain itu kualitas rasa juga terus dijaga. “Pembeli adalah raja. Jadi Saya sangat mengutamakan tiga hal, yaitu Pelayanan, kebersihan dan Kualitas rasa,” tuturnya.

Menurut beberapa pelanggan, lontong balap pak Tjip memiliki keistimewaan pada sambal dan togenya. “Togenya sangat kenyal. Enak sekali. Nggak seperti lontong balap lain yang Nyo-nyot,” ujar salah pelanggan.

Soetjipto mengaku memproduksi sendiri lontong balapnya. “Semuanya, dari tempe, lento hingga sayurnya Saya membuat sendiri,” aku Soetjito.

Tak heran setiap harinya, meskipun buka dari jam 09.30 WIB, lontong balapnya sudah ludes diserbu pelanggan sebelum jam 14.00 WIB. Untuk satu porsinya, Soetjipto mematok harga 7.000 rupiah. berminat mencobanya?

naskah dan foto : subagus indra p.

Refleksi Kegagahan TNI, Jaga Kedaulatan NKRI


Berdiri tegap diatas gedung setinggi 29 meter, perwira AL ini memandang jauh kearah laut lepas. Mengenakan Pakaian Dinas Upacara I (PDU I) dengan pedang ditangannya, menunjukkan kewibawaan dan penuh tanggung jawab. Seolah tak gentar menghadapi segala serangan lawan, patung setinggi 31 meter ini merefleksikan TNI AL yang siap menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Patung Monumen Jelesveva Jayamahe (Monjaya) berada dalam kawasan basis kekuatan TNI AL, di dalam markas besar Koarmatim (komando armada wilayah timur). Berada disamping lapangan Apel Armatim.

Letaknya diapit oleh dua jalur penyeberangan, darat dan laut. Disisi timur membentang jembatan Suramadu. Sedangkan disisi barat menjadi jalur kapal Ferry penghubung Tanjung Perak dan Ujung Kamal.

Patung Monjaya tidak mencitrakan siapapun. “Patung ini hanya merefleksikan TNI AL.agar tidak ada kesenjangan dalam keluarga besar TNI AL,” ujar kepala dinas penerangan armatim, kolonel laut KH Yeyen Sugiana. Jalesveva Jayamahe diambil dari bahasa sansekerta yang artinya “dilaut kita jaya”.

Akses Monjaya

Karena letaknya yang berada dalam kawasan tertutup, membuat setiap wisatawan yang berkunjung harus menuruti prosedur birokrasi yang ketat. Sebab didalam kawasan tersebut terdapat banyak tempat privat. Seperti gudang penyimpanan senjata, kapal perang dan alosista yang lainnya.

“Monjaya terbuka untuk siapa saja. Namun pengunjung tetap harus menaati prosedur yang kami berlakukan. Demi keamanan dan kenyamanan,” jelas kepala dinas penerangan Armatim Yayan

Kamal Humas dinas penerangan Armatim, menjelaskan setiap wisatawan, baik rombongan maupun perorangan diharuskan mengirim surat perrmohonan kunjungan pada Armatim. Paling tidak dua minggu atau 10 hari sebelum kunjungan.

Setelah surat izin disetujui, wisatawan dapat datang ke koarmatim yang terletak sekitar 500 meter arah timur makam sunan Ampel. Sebelum masuk kawasan tertutup, pengunjung wajib mendatangi pos kloning yang bertugas menyaring orang asing yang hendak masuk kawasan tersebut. Pengujung wajib meninggalkan kartu identitas maupun paspor untuk prosedur keamanan.

Monjaya memiliki fungsi ganda. Patung yang konon tertinggi kedua setelah patung liberty di New York ini juga berguna sebagai menara pandu suar bagi kapal-kapal. Patung ini juga ditopang oleh gedung yang berfungsi sebagai museum Armatim. Didalamnya terdapat lukisan perjuangan jaman prarevolusi fisik sampai tahun 1990-an, foto-foto pasukan hingga miniatur alosista yang dimiliki TNI AL.


Simbol Estafet
Dalam proses pembuatannya, monumen yang pembangunannya dirintis mulai tahun 1991tersebut dibantu oleh berbagai pihak. Salah satunya adalah PT Telkom saat itu menyumbangkan beberapa material untuk pembangunan. TNI AL pun sengaja mengumpulkan selongsongan peluru-peluru bekas dipakai latihan untuk tambahan, karena bahan baku utama yang digunakan adalah tembaga, sehingga tak mudah berkarat. “Karena pembangunannya murni menggunakan dana swadaya TNI AL,” aku Yeyen.

Pembangunan yang diarsiteki oleh Nyoman Nuarta, lelaki asal Bandung, akhirnya diresmikan pada 5 Desember 1996, bertepatan dengan hari armada RI oleh presiden Soeharto.

Latar belakang dibangunnya monument ini adalah untuk tetenger tongkat estafet dari generasi lama menyerahkan tugas pada generasi baru.

Selain, Monjaya, tepat dibawah patung terdapat sebuah Gong yang dibuat dari sisa kuningan bahan baku patung. Gong Kyai Tentrem namanya. “Harapannya, agar kehadiran TNI AL dapat menjadikan tentram masyarakat sekitar,” tutur Yeyen.

Gong ini hanya ditabuh pada waktu-waktu tertentu. “Salah satunya saat penerimaan anggota akademi militer sebelum resmi menjadi warga koarmatim,” jelas Kamal.

naskah : subagus indra | foto : reza nurmansyah