Senin, 21 Februari 2011

Cita Rasa Murni Tahu Campur Kapasari


Irisan tahu bersinergi dengan mie, kikil dan sambal petis, menghasilkan rasa yang mengundang selera. Perpaduan tersebut hadir dalam rasa sajian tahu campur Kapasari.

Terletak di Jalan Simokerto 43, Surabaya, tahu campur Kapasari buka dari jam 11 siang hingga 11 malam. Usaha yang dirintis oleh H. Munaji sejak 25 tahun lalu ini menyajikan aneka menu mantab. Diantaranya tahu campur, soto ayam dan lontong kikil. Kini, usaha kuliner ini telah dikelola oleh putra-putranya, salah satunya Firman.

Yang spesial di warung ini adalah sajian tahu campurnya yang terkenal lezat. “Resepnya turun temurun dari keluarga,” tutur Firman. Ia menambahkan, meski saat ini harga bahan baku sedang naik, namun pelayanan terhadap pelanggan tidak berkurang. “Kami tetap menjaga kualitas rasa. Meskipun harga bahan-bahan naik, tapi tidak ada pengurangan. Karena yang penting pelanggan puas,” tegas pria 43 tahun ini.

Menurut salah satu pelanggan tetap, keistimewaan tahu campur ini berasal dari kuahnya. “Kuahnya mantab,” tuturnya. Kentalnya kuah sangat pas. Belum lagi cita rasa sambal petis yang khas, membuat aromanya saja begitu menggoda selera.

Sayang sekali bila Anda melewatkan menu kuliner satu ini. Warung ini ramai dikunjungi konsumen ketika jam makan siang tiba. “Biasanya ramai jam 11 siang, waktu jam makan siang,” akunya. Untuk satu porsi tahu campur, Firman mematok harga 10 ribu rupiah.

naskah dan foto : subagus indra

Nikmatnya Bikin Pelanggan Balapan


Cita rasa sambal yang mantab, berpadu dengan kenyalnya toge membuat lontong balap Pak Tjip mampu menggoyang lidah para pelanggan.

Soetjipto, mulai merintis usaha kulinernya ini sejak 24 tahu lalu. Berawal dari gerobak dorong, kini lontong balapnya telah dapat dijumpai di jalan Gubeng Kertajaya XV. Meskipun bukan warga Surabaya Asli, namun racikan lontong balapnya patut untuk dicoba. “Awalnya Saya mendapatkan usaha ini dari teman. Seterusnya Saya belajar membuat lontong balap sendiri,” ujar laki-laki kelahiran Semarang ini.

Dalam berdagang laki-laki 56 tahun ini sangat memperhatikan pelayanan pada pelanggan. Selain itu kualitas rasa juga terus dijaga. “Pembeli adalah raja. Jadi Saya sangat mengutamakan tiga hal, yaitu Pelayanan, kebersihan dan Kualitas rasa,” tuturnya.

Menurut beberapa pelanggan, lontong balap pak Tjip memiliki keistimewaan pada sambal dan togenya. “Togenya sangat kenyal. Enak sekali. Nggak seperti lontong balap lain yang Nyo-nyot,” ujar salah pelanggan.

Soetjipto mengaku memproduksi sendiri lontong balapnya. “Semuanya, dari tempe, lento hingga sayurnya Saya membuat sendiri,” aku Soetjito.

Tak heran setiap harinya, meskipun buka dari jam 09.30 WIB, lontong balapnya sudah ludes diserbu pelanggan sebelum jam 14.00 WIB. Untuk satu porsinya, Soetjipto mematok harga 7.000 rupiah. berminat mencobanya?

naskah dan foto : subagus indra p.

Refleksi Kegagahan TNI, Jaga Kedaulatan NKRI


Berdiri tegap diatas gedung setinggi 29 meter, perwira AL ini memandang jauh kearah laut lepas. Mengenakan Pakaian Dinas Upacara I (PDU I) dengan pedang ditangannya, menunjukkan kewibawaan dan penuh tanggung jawab. Seolah tak gentar menghadapi segala serangan lawan, patung setinggi 31 meter ini merefleksikan TNI AL yang siap menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Patung Monumen Jelesveva Jayamahe (Monjaya) berada dalam kawasan basis kekuatan TNI AL, di dalam markas besar Koarmatim (komando armada wilayah timur). Berada disamping lapangan Apel Armatim.

Letaknya diapit oleh dua jalur penyeberangan, darat dan laut. Disisi timur membentang jembatan Suramadu. Sedangkan disisi barat menjadi jalur kapal Ferry penghubung Tanjung Perak dan Ujung Kamal.

Patung Monjaya tidak mencitrakan siapapun. “Patung ini hanya merefleksikan TNI AL.agar tidak ada kesenjangan dalam keluarga besar TNI AL,” ujar kepala dinas penerangan armatim, kolonel laut KH Yeyen Sugiana. Jalesveva Jayamahe diambil dari bahasa sansekerta yang artinya “dilaut kita jaya”.

Akses Monjaya

Karena letaknya yang berada dalam kawasan tertutup, membuat setiap wisatawan yang berkunjung harus menuruti prosedur birokrasi yang ketat. Sebab didalam kawasan tersebut terdapat banyak tempat privat. Seperti gudang penyimpanan senjata, kapal perang dan alosista yang lainnya.

“Monjaya terbuka untuk siapa saja. Namun pengunjung tetap harus menaati prosedur yang kami berlakukan. Demi keamanan dan kenyamanan,” jelas kepala dinas penerangan Armatim Yayan

Kamal Humas dinas penerangan Armatim, menjelaskan setiap wisatawan, baik rombongan maupun perorangan diharuskan mengirim surat perrmohonan kunjungan pada Armatim. Paling tidak dua minggu atau 10 hari sebelum kunjungan.

Setelah surat izin disetujui, wisatawan dapat datang ke koarmatim yang terletak sekitar 500 meter arah timur makam sunan Ampel. Sebelum masuk kawasan tertutup, pengunjung wajib mendatangi pos kloning yang bertugas menyaring orang asing yang hendak masuk kawasan tersebut. Pengujung wajib meninggalkan kartu identitas maupun paspor untuk prosedur keamanan.

Monjaya memiliki fungsi ganda. Patung yang konon tertinggi kedua setelah patung liberty di New York ini juga berguna sebagai menara pandu suar bagi kapal-kapal. Patung ini juga ditopang oleh gedung yang berfungsi sebagai museum Armatim. Didalamnya terdapat lukisan perjuangan jaman prarevolusi fisik sampai tahun 1990-an, foto-foto pasukan hingga miniatur alosista yang dimiliki TNI AL.


Simbol Estafet
Dalam proses pembuatannya, monumen yang pembangunannya dirintis mulai tahun 1991tersebut dibantu oleh berbagai pihak. Salah satunya adalah PT Telkom saat itu menyumbangkan beberapa material untuk pembangunan. TNI AL pun sengaja mengumpulkan selongsongan peluru-peluru bekas dipakai latihan untuk tambahan, karena bahan baku utama yang digunakan adalah tembaga, sehingga tak mudah berkarat. “Karena pembangunannya murni menggunakan dana swadaya TNI AL,” aku Yeyen.

Pembangunan yang diarsiteki oleh Nyoman Nuarta, lelaki asal Bandung, akhirnya diresmikan pada 5 Desember 1996, bertepatan dengan hari armada RI oleh presiden Soeharto.

Latar belakang dibangunnya monument ini adalah untuk tetenger tongkat estafet dari generasi lama menyerahkan tugas pada generasi baru.

Selain, Monjaya, tepat dibawah patung terdapat sebuah Gong yang dibuat dari sisa kuningan bahan baku patung. Gong Kyai Tentrem namanya. “Harapannya, agar kehadiran TNI AL dapat menjadikan tentram masyarakat sekitar,” tutur Yeyen.

Gong ini hanya ditabuh pada waktu-waktu tertentu. “Salah satunya saat penerimaan anggota akademi militer sebelum resmi menjadi warga koarmatim,” jelas Kamal.

naskah : subagus indra | foto : reza nurmansyah