Setiap fotografer memiliki pengalaman dan cerita eksklusif disetiap kegiatan fotografinya. Tak hanya fotografer pria, wanita juga. Itulah yang disampaikan Mieke Jeanita Loal, Dita Putri, Atika Farmita dan Isabella Anjelita Jaya, pembicara diskusi foto yang diselenggarakan matanesia pictures dengan tema “Wanita Punya Cerita”, Sabtu (6/3) sore di ruang IV Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS).
Empat narasumber wanita yang memiliki latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan dan kesibukan yang berbeda, sengaja dikumpulkan untuk membahas satu kesamaan diantara mereka, yaitu minat dan pengalaman dibidang fotografi.
Mieke Jeanita Loal, ibu rumah tangga ini sudah berkeliling ke lebih dari 10 pulau di Indonesia untuk mengabadikan tempat dan momen menarik. “Menurut saya, belajar motret tidak dibatasi usia dan waktu,” tutur wanita yang akrab disapa mieke tersebut.
Setiap tawaran memotret seperti mengabadikan Foto keluarga, kegiatan outbond dan kegiatan kantor suami dianggap sebuah tantangan baginya. “Saat memotret saya tidak punya beban, apa saja saya potret, karena saya bukan wartawan,” ujar penggila foto landscape ini.
Wanita 42 tahun ini punya cerita menarik saat belajar memotret. “Saya coba-coba memotret kue dagangan seorang teman yang saat itu menawarkan pada saya. Kemudian saya iseng memasang foto tersebut di facebook. Tak disangka dagangannya laris manis,” ceritanya sambil tertawa.
Lain cerita dengan Dita Putri, Fotografer harian jawa pos ini sempat melewati masa-masa sulit menjadi fotografer wanita. “Ketika awal masuk deteksi (rubrik anak muda jawa pos), atasan saya sempat meremehkan kinerja seorang wanita. Akhirnya, saya membuktikan dan mendapat kepercayaan itu setelah enam bulan,” tutur perempuan yang baru saja meraih gelar sarjana hukum di universitas airlangga tersebut.
Atika Farmita pun punya cerita sendiri. Mahasiswi Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut menjadikan fotografi sebagai hobi
Ia mengatakan selalu membawa kamera kemanapun pergi. Salah satu pengalamannya, saat ia dalam perjalanan ke kampus, kebetulan menjumpai sekumpulan massa sedang berunjuk rasa didepan gedung Grahadi. “Karena saya membawa kamera, jadi tidak ada alasan bagi saya untuk tidak mengambil gambar tersebut,” tukasnya.
Terakhir, ditutup dengan presentasi Isabella Anjelita Jaya atau lebih akrab dipanggil Bella. Gadis kelas XI Sekolah Menengah Atas Petra 2 tersebut bergelut dengan dunia fotografi sejak kecil, berawal dari model. “Dari kecil Mama selalu membujuk saya untuk action didepan kamera. Sampai sekarang pun masih saya lakukan,” akunya.
Kecintaan terhadap kegiatan jepret-menjepret tak berbeda dengan kecintaannya terhadap Bonek mania (suporter Persebaya Surabaya). Karena itu, gadis yang mengambil ekstra kulikuler jurnalistik ini sering mengabadikan gambar-gambar tentang suporter yang diberrtakan sering melakukan anarki tersebut. Ia mengambil gambar ditengah fanatisme dan hiruk pikuk manusia yang berada di dalam tribun penonton.
“Mama sempat melarang saya untuk melihat persebaya di stadion gelora 10 Nopember, saya pun nekad diam-diam pergi tanpa izin mama.” Selorohnya. (Subagus Indra)