“Saya merasa menjadi seorang perempuan seutuhnya di Hari Kartini. Karena di hari-hari lainnya, perempuan dan laki-laki sama saja,” ujar seniman dan kreator seni Natalini Widhiasi (46), Rabu (14/4), saat pembukaan pameran seni “Women Artist Carnival” di House of Sampoerna Surabaya.
Peraih medali perak “Shankar’s Internasional Children Competition” di India 1973 ini menyatakan, perempuan punya hak yang sama dalam berkarya. Terutama dalam seni rupa. Perempuan juga punya kekuatan yang sama untuk menampilkan karya terbaik.
Ia menambahkan, perempuan memiliki semangat dan kreativitas yang tak kalah dibanding dengan laki-laki. “Bukan berarti wanita terbelakang. Namun, ada tugas dari alam sesuai kodrat kami (wanita),” tuturnya.
Sewaktu muda, Natalini sempat tak ingin menikah. “Saya ingin berkeliling dunia dan terus melukis,” ujar Lini, sapaan akrabnya. “Namun, saya merasa berdosa bila menentang kodrat tersebut,” ujar istri prof Ekobudi Jatmiko pembantu rektor IV ITS ini.
Dalam pameran yang diselenggarakan 16 April – 16 Mei tersebut, wanita yang mulai melukis sejak umur belasan tahun ini mempersembahkan lukisan diatas kanvas. Ia menyajikan warna gelap dalam lukisan yang diberi judul Contemplatif.
Selain itu, Natalini juga ditemani 21 perupa lain dalam pameran tersebut. Salah satunya Millie Huang. Ia menyuguhkan karya lukisan dengan menggunakan kuali (wajan) sebagai media yang dicat.
"Wajan sebagai peralatan dapur bisa dikatakan lekat dengan perempuan. Karena dapur adalah dunia perempuan, tapi perempuan juga bisa berkarya," ungkapnya.
Menurut kurator pameran Agus (Koecink) Soekamto, dalam karya-karya yang disajikan terdapat unsur kehalusan dan tampilan warna yang tidak terkesan memberontak. Kemudian ada kaitannya dengan dunia perempuan seperti daun, benang, kuali (wajan), bunga, dan sebagainya.
(Subagus Indra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar