Jumat, 29 Januari 2010
Geliat Pembinaan Atlet Muda Smanor
“Kami mengambil siswa dari seluruh kota di provinsi Jawa Timur (Jatim), masing-masing kota mengirimkan perwakilan siswa berprestasi dalam bidang olahraga. Selanjutnya, kami melakukan tes lagi terhadap siswa tersebut,” tutur kepala tata usaha sekolah Smanor, Yusuf.
Sekolah yang mempunyai visi unggul dalam prestasi olahraga dengan berlandaskan intelektualias dan Imtaq tersebut memiliki enam cabang olah raga (cabor) yang menjadi jurusan pembinaan. Diantaranya, cabor gulat, judo, silat, renang, atletik dan sepak takraw.
Disini siswa yang berkumpul dan berasal dari berbagai daerah di Jatim mendapatkan berbagai fasilitas. Diantaranya, asrama, makan, seragam dan biaya sekolah cuma-cuma. “Kecuali untuk bimbingan belajar, setiap siswa di punguti biaya,” ujarnya.
Dalam pembinaan atlet mudanya, Smanor memiliki peraturan-peraturan yang wajib ditaati oleh setiap siswa. Seperti berlakunya jam latihan dan jam malam. “Siswa bangun pukul 05.00 WIB untuk latihan hingga pukul 07.00 WIB. Kemudian dilanjutkan pelajaran kelas seperti siswa pada umumnya hingga pukul 02.30 WIB. Selanjutnya, siswa kembali latihan sampai pukul 18.00 WIB,” ujarnya.
Jadi, imbuhnya, jadwal latihan tidak sampai mengganggu kegiatan belajarnya dikelas. Sehingga mereka tetap sama mendapatkan hak edukasi layaknya siswa di sekolah lain
“Kami juga memberlakukan jam malam bagi siswa-siswi, mereka dibatasi keluar asrama hingga pukul 09.00 saja,” tuturnya.
Untuk menjalankan roda pengajaran, Smanor didukung 16 pelatih dan 13 guru akademis. ”kami terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian fungsional yang mengurusi akademis. Administrasi dan Kepelatihan yang mengurusi praktek,” tuturnya.
Untuk pembinaan praktek kepelatihan, Smanor biasa menggunakan GOR (Gelanggang Olahraga) Sidoarjo sebagai venue latihan mereka. “Biasanya cabor renang dan atletik latiuhan di GOR Sidoarjo,” tukasnya.
Sekolah yang beralamat di desa Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo ini berdiri sejak tahun 2000, bertepatan dengan penyelenggaraan PON XV Jatim. Berdasarkan PERGUM No.120 tahun 2008, sejak September 2009 sekolah yang membina ratusan atlet muda daerah Jatim tersebut berubah statusnya menjadi UPT Smanor Jawa Timur.
Pembinaan ini tak berujung sia-sia, banyak prestasi yang telah dicapai Smanor hingga saat ini. Untuk Kejurnas Remaja 2009 saja Smanor berhasil meraih Juara pertama untuk nomor Hot Sprint Kejurnas yunior dan remaja dengan 17 medali. Hampir 80 persen siswa – siswi di Smanor berprestasi di nomor cabangnya masing-masing.
Kemudian pada POPNAS 2009 Smanor sukses meraih tiga nomor, yaitu Juara 1 nomor estafet atas nama Friska yesimedali perak untuk nomor jalan cepat atas nama wulanmedali perak untuk nomor 800m jarak menengah atas nama Adi yudha.
Prestasi para alumni Smanor yang kini bergabung dalam pelatda, diantaranya Nur Rohman mendapatkan medali perak nomor sprint 400 m di sea games kemarin. Heru Astrianto mendapatkan medali perak nomor 400 m di sea games. Ali Wardana mendapatkan emas di PON kemarin. Slamet santoso mendapatkan perak di PON untuk nomor lompat jauh. (N: Subagus Indra)
Sabtu, 23 Januari 2010
KA Pengangkut Bonek Jalan Terus
Untuk memulangkan bonek mania, pasca lawatan ke bandung mendukung tim kesayangannya Persebaya, Minggu (24/1). PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) memberangkatkan dua kereta api khusus, yaitu Kereta Api Pasundan dan Kereta Api Luar Biasa Langsung dari Bandung ke Surabaya. Untuk mengantisipasi aksi anarkisme yang sering dilakukan bonek mania, kereta berjalan tanpa berhenti di setiap stasiun.
Menurut Kepala humas PT KAI Daerah Operasi VIII Surabaya Nur Amin, Minggu (24/1), kereta api berangkat dari Surabaya pukul 00.30 dan 01.00 menuju Stasiun Rancaekek. “Selanjutnya, kereta akan langsung meluncur ke Stasiun Wonokromo tanpa berhenti di stasiun lain,” imbuhnya.
PT KAI telah menyiapkan petugas untuk menggiring bonek keluar Stasiun Wonokromo lewat pintu khusus, terpisah dengan jalur penumpang reguler. (N: Subagus Indra/Sumber: Kompas.com)
Jumat, 08 Januari 2010
Stikosa-AWS Undang Pemred JTV, bahas Kode Etik
Stikosa-AWS (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya) mengundang Imam Syafi’i, pemimpin redaksi JTV (Jurnal Televisi) dalam kuliah umum yang diselenggrakan di ruang IV pukul 08.00 WIB, dengan tema bahasan Bedah Kasus Pers (kode etik dan hukum pers) Rabu (30/12).
Pria yang mengawali karir kewartawanannya di Jawa Pos tahun 1994 tersebut banyak bercerita tentang pengalamannya menjadi kuli tinta, disangkut pautkan dengan masalah Kode Etik Jurnalistik (KEJ). “Mahasiswa jadi tahu ada kesamaan antara keadaan riil dilapangan dengan teori yang diajarkan dikelas,” Ujar dosen mata kuliah kode etik dan hukum media, Sirikit Syah, ketika acara berlangsung.
Dengan diadakan acara ini, kampus yang banyak membidani lahirnya jurnalis profesional ini berharap mahasiswanya lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja.
“Antusiasme mahasiswa begitu baik, saya sempat kaget. Mungkin karena memang ini kampusnya wartawan ya?,” tutur Imam diakhir acara. (N: Subagus Indra)
Bekali Kode Etik, hadapi Tantangan Kerja
Bertujuan memberi bekal bagi mahasiswa menjalani tantangan dunia kerja. Rabu (30/12) pukul 08.00 WIB di ruang IV Stikosa-AWS (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya) diadakan kuliah umum dengan tema Bedah Kasus Pers (kode etik dan hukum pers). “Agar mahasiswa tahu, ada kesamaan antara teori dengan kenyataan di lapangan. Jadi, nggak cuma tahu teorinya,” kata Sirikit Syah, dosen mata kuliah kode etik dan hukum media ketika acara berlangsung.
Kuliah umum ini diwajibkan untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah kode etik & hukum media dan dasar-dasar jurnalistik. Acara tersebut mengahirkan Imam Syafi’i, SS, SH, M.Hum. pemimpin redaksi JTV sebagai pembicara.
Pria yang sebelumnya menjabat sebagai pemimpin redaksi Indo Pos ini menjelaskan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), dikaitkan dengan pengalamannya didunia kewartawanan yang dirintis sejak tahun 1994.
Antusiasme peserta kuliah umum cukup baik. Terbukti dari jumlah pertanyaan yang diajukan kepada pembicara melebihi jumlah yang ditawarkan. “Respons mahasiswa saya rasa begitu baik. Berbeda dengan kampus-kampus lain yang pernah saya datangi,”ujar Imam. (N: Subagus Indra)
Senin, 04 Januari 2010
Ubah Visi, Jaga Eksistensi
Kabeh madjalah kang mbijantu marang perdjoangan nasional gedhe gunane. Ta’dongakake muga-muga Panjebar Semangat lestari mbijantu perdjoangan kita iki. Bila di artikan dalam bahasa Indonesia, semua majalah yang membantu perjuangan nasional besar jasanya. Saya doakan semoga Panjebar Semangat terus membantu pejuangan kita ini. Itu isi surat yang ditulis Bung Karno pada secarik kertas ketika ulang tahun penyebar semangat ke-20. Kini tulisan tersebut masih terpajang di dinding kantor majalah Penyebar Semangat jalan Bubutan 87 (GNI nomor 2) Surabaya.
Sesuai arti harfiahnya, Panjebar Semangat akan menyebarkan semangat untuk para pembacanya. “Kalau dulu semangat perjuangan kemerdekaan, setelah merdeka menjadi semangat mempertahankan kemerdekaan, sekarang adalah semangat mengisi kemerdekaan,” kata Moechtar, pemimpin redaksi majalah yang berdiri sejak 2 September 1933 ini.
Dr. Soetomo merupakan pemrakarsa lahirnya media ini di paviliun Timur Gedong Nasional Indonesia (GNI) Bubutan. Di masa itu, banyak orang Jawa yang tidak bisa berbahasa Belanda, bahkan Indonesia, sedangkan media yang beredar rata-rata menggunakan dua bahasa itu. Dengan misi memperlancar komunikasi, Panjebar Semangat lahir sebagai media berbahasa Jawa pertama, hingga saat ini.
Dulu, oplah majalah yang terbit tiap Sabtu itu bisa mencapai 85 ribu. Tetapi sejak tahun 1982, jumlah itu terus turun sampai sekarang rata-rata 25 ribu eksemplar.
Seiring berkembangnya zaman yang dirasa bahasa jawa mulai terpinggirkan. Majalah yang memiliki slogan Sura Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangestuti (Kekuatan apapun, terlebih yang negatif, selalu akan tunduk pada budi pekerti yang baik), mengalihkan visinya.
Media ini ingin melestarikan budaya bahasa dan sastra Jawa. Salah satu caranya dengan merangkul generasi muda untuk membaca dan menulis bahasa Jawa. Untuk itu sejak 2004 dibuat rubrik baru, Glanggang Remaja. Rubrik ini dikhususkan untuk menampung karya anak muda. Awalnya hanya satu halaman, Namun karena apresiasi anak muda terhadap Panjebar Semangat dan bahasa Jawa mulai naik, kini menjadi empat halaman. “Setiap hari bisa sampai tiga artikel sampai di meja redaksi,” imbuh moechtar.
“Kata orang, bahasa Jawa bisa punah jika generasi tuanya meninggal, generasi mudanya tidak akan meneruskan, termasuk untuk langganan Panjebar Semangat. Tapi sekarang anak-anak muda mulai langganan, bahkan ada anak SD yang meminta ayahnya untuk langganan karena temannya juga langganan,” Moechtar berkisah. (N: Subagus Indra/F: sukarnosuryatmojo.wordpress.com, koleksikemalaatmojo.blogspot.com)