Minggu, 03 Oktober 2010
Omzet Bibit Parfum Kian Wangi
Parfum begitu diminati masyarakat, tanpa pandang usia dan jenis kelamin. Aroma-aroma pilihan yang dapat menciptakan efek memabukan dan memancing minat serta perhatian tersebut, terdiri dari bermacam jenis. Setiap jenis parfum dapat menjelaskan identitas, kepribadian dan prestice seseorang.
Banyak alasan seseorang menggunakan parfum. Untuk beraktifitas sehari-hari, datang ke pesta, bertemu kekasih atau relasi, sampai saat beribadah agar dapat lebih kusyu’.
Kebutuhan parfum saat ini pun makin meningkat. Safir, salah satu pedagang bibit parfum di kawasan pasar makam Sunan Ampel Surabaya mengatakan, omzetnya per hari selama Ramadhan lalu meningkat hingga 50%. “Saya bisa mendapat lebih dari satu juta rupiah per hari,” ungkapnya pada surabayatraveler.com.
Jilu, Love Sara, Aqua Digid merupakan nama-nama jenis bibit parfum yang digilai banyak penikmat parfum. Bagi kebanyakan kaum hawa menyukai parfum jenis 212 Sexy. “Namun, kalau laki-laki biasa suka parfum dengan aroma yang tajam, seperti Aqua Digid. Sedangkan jenis Luzie diminati semua kalangan,” jelas pria 27 tahun ini.
Bibit-bibit parfum yang ada tak hanya berasal dari dalam negeri. Lapoor dan Luzie yang notabene berasal dari Swiss bahkan lebih diminati pelanggan. Namun, produk dalam negeri seperti hajar aswat pun tak kalah bersaing.
Tingkat keharuman yang diciptakan bibit parfum tergantung dari campuran yang diberikan. “Lebih sedikit campuran alkohol yang diberikan, lebih harum aroma yang tercipta,” ajar pria yang merintis usahanya 10 tahun lalu tersebut.
Harga jual yang dipatok berfariasi tergantung jenis yang dipilih. Berkisar antara 2000 hingga 2500 rupiah per cc. Jika Anda penggila wewangian dan ingin tampil lebih sempurna, tak salah bila anda mencobanya. N: Subagus Indra/ F: Reza N
Ramadhan Fun Ala Sekolah Kreatif
“Kami sengaja menciptakan suasana yang nyaman bagi murid. Dari tampilan fisik sekolah, cara mengajar, lingkungan belajar hingga SDM yang mengajar. Agar mereka tak merasa takut. Sehingga berani menyampaikan pertanyaan maupun pendapatnya.” Ujar konseptor sekolah kreatif, Heru Tjahjono.
Tak hanya belajar teori didalam kelas, pendidikan outdoor, mendatangkan guest teacher, perjalanan keluar hingga praktek belajar diberikan pada murid. Seperti kesempatan bulan suci Ramadahan yang juga digunakan untuk praktek belajar beramal, berbagi serta beribadah.
Tibanya bulan Ramadhan kali ini pun disambut antusias. Terbukti dari rentetan kagiatan pondok Ramadhan yang mereka gelar dari 18 Agustus hingga 4 September. Dari buka bersama hingga bakti sosial. “Buka bersama kami lakukan keliling dari rumah ke rumah beberapa murid secara bergantian. Ini bertuan untuk menumbuhkan suasana kekeluargaan antara murid, guru dan wali murid,” jelasnya pada Prestasi.
Gairah berbagi, beramal dan beribadah para murid sengaja ditingkatkan dengan kegiatan selaras. Disekolah mereka yang berada di daerah Barata Jaya, Surabaya, diselenggarakan pula layanan kesehatan dan sembako gratis untuk masyarakat sekitar. “Karena dibulan yang penuh berkah ini kami ingin mengajak anak-anak (murid) untuk ikut berlomba-lomba mendapatkan pahala dan berkah-Nya,” tutur pria yang juga menjadi Tim Inovasi Pengembangan Sekolah (TIPS) Sekolah kreatif tersebut.
Selain pembagian ta’jil gratis dan tarawih bersama, murid-murid juga diajak buka bersama tukang becak dan pengajian berjamaah. “Selama bulan puasa ini murid juga dituntun untuk beramal di kaleng infaq. Hasilnya akan diberikan pada teman-teman mereka yang Dhuafa,” imbuh Heru.
Sekolah yang mengadopsi gaya sekolah-sekolah internasional di luar negeri ini, membuat anak didiknya terasa nyaman disekolah dengan menyulap tampilan fisik sekolah menjadi menyenangkan. Dinding, jendela hingga pintu sengaja dibentuk menyerupai wajah badut dengan warna-warna cerah. Di sini juga terdapat arena bermain jembatan gantung agar murid tak merasa bosan.
Output yang diharapkan sekolah yang jumlah muridnya lebih dari 400 anak ini adalah untuk menciptakan pribadi murid yang berkarakter. Karena diakui Heru setiap anak memiliki kepribadian dan minat yang berbeda-beda.
Mendukung hal tersebut, Sekolah yang mengusung konsep full day ini menyediakan sekitar 20 ekstrakurikuler sebagai wadah penampung minat murid. Diantaranya, kiroah, barongsai, biola, catur, menggambar, renang, wushu dan robotika.
Murid-murid dididik untuk berani menggunakan bahasa inggris. Agar mereka tak kagok nantinya. Selain itu, peningkatan SDM pengajar tak luput dari perhatian. Peningkatan mutu guru dilakukan baik eksternal maupun internal. “Karena bukan tak mungkin murid bisa jadi lebih pandai dari pada gurunya.” Ujar ketika ditemui Pretasi.
Heru mengimbuhkan, setiap hal yang cenderung menjadi lebih baik merupakan sebuah prestasi. “Kami memberikan reward untuk setiap prestasi murid sekecil apapun, yaitu dalam bentuk pin yang ditempelkan di dada mereka. Itu membuat mereka lebih termotivasi menjadi lebih baik,” jelasnya.
Berkaitan dengan pemerataan pendidikan untuk rakyat bawah hingga atas. Heru mengaku sekolah kreatif ini telah melakukannya. “Kami juga memberikan bantuan untuk murid kurang mampu dalam bentuk beasiswa. Kami juga tidak melakukan tes saat peneriamaan siswa baru. Jika kuota sudah terpenuhi baru ditutup,” tuturnya.
N/F: Subagus Indra
Minggu, 22 Agustus 2010
Hilangkan Penat dengan Ikan Hias Air Laut
Beberapa ikan warna-warni nampak saling berkejaran. Sebagian bersembunyi dibalik terumbu karang hidup. Dengan jenis berbeda-beda seakan menghipnotis dan membawa kita ke negeri dasar laut.
Mulai awal tahun ini, Januari 2010, di Jalan Gunungsari Surabaya didirikan sentra penjualan ikan dan perangkatnya. Disini berdiri deretan stand yang menjual barang-barang yang berkaitan dengan ikan. Tak hanya ikan hias, ditempat ini juga terdapat aquarium, pakan, hiasan hingga piranti memancing.
Jenis ikan yang ada pun berbagai jenis. Dari ikan air tawar hingga ikan yang hidup di laut pun ada. Seperti stand milik Ica, disini menyediakan berbagai macam ikan hias air laut. “Disini ada sekitar 1000 spesies,” ungkapnya pada surabayatraveler.com.
Nemo, pari, kerapu macan, belut laut dan ikan batik atau bronkeli adalah beberapa dari koleksi ica digerainya. Pemeliharaan jenis ikan ini berbeda dengan ikan air tawar umumnya. Ikan ini dapat hidup bila dipelihara di kolam dengan ukuran luas sekurang-kurangnya satu meter kubik.
Selain itu, tentu air yang dipakai adalah air laut. Air ini harus diganti setiap tigaminggu sekali untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan ikan. Tujuan lain adalah untuk menghadirkan suasana habitat asli ikan, yaitu suasana laut. Sehingga Anda pun dapat menambahkan hiasan karang didalam kolam.
Pakan untuk ikan laut pun berbeda. “Pakannya berasal dari udang yang di cincang dan dikeringkan,” jelas Ica.
Di tempat ini juga menjual pakan ikan, karang sebagai hiasan kolam hingga air lautnya. Ica menghargai air laut sebesar Rp 150 per liternya. Sedangkan ikan-ikan tersebut dihargai Rp 5 ribu hingga Rp 1 juta, tergantung jenis atau spesies yang dibeli.
Meskipun begitu, Ica mengaku merasa duka ketika banyak ikan yang tak laku dan akhirnya mati. Karena menurutnya, sejak dorongan pemerintah kota Surabaya untuk memindahkan lapaknya yang semula berada di seberang jalan Gunungsari ke tempat ini, pendapat mereka jadi menurun. “Tapi liat ikan-ikan ini bisa jadi obat penghilang stress. Meskipun sepi pengunjung, tapi nggak terasa. Rasanya masalah-masalah itu jadi hilang sejenak. ” akunya. (N: Subagus Indra/F: Reza Nurmansyah)
Raup Rezeki dari Prasasti
Melintas di Jalan Ngagel Jaya Selatan, depan taman makam pahlawan Surabaya. Deretan batu alam terhampar dipinggir jalan raya. Ada yang digantung, ada pula yang ditata berjejeran rapi. Sebagian besar sudah dipahat berbentuk persegi panjang dan balok beragam ukuran. Didominasi warna bebatuan alam dan hitam. Diatasnya terukir tanggal dan nama-nama orang.
Teguh, Pria yang mengaku asli Surabaya ini telah menekuni usaha jasa pembuatan prasasti dan batu nisan sejak Sembilan tahun lalu. “Awalnya belajar dari teman di Kalimantan. Setelah bisa, saya berniat mendirikan usaha sendiri,” kenangnya.
Dilapaknya yang terletak dibahu jalan raya, hanya ada satu tempat duduk panjang yang terbuat dari kayu, tersandar di sisi luar pagar areal taman makam pahlawan. Panas terik Surabaya masih terhalang oleh seng lapuh, melindungi tiga pekerja yang sibuk menyelesaikan enam buah pesanan batu nisan. Bentuk prasasti dan batu nisan yang dibuatnya merupakan hasil kreasinya sendiri. Namun pelanggan dapat memesan dengan desainnya sendiri. “Kita ini hanya melayani,” tutur pria 41 tahun ini.
Bahan dasar pembuatnya berasal dari berbagai macam batu alam. Batu onix, marmer granit, granit beling, granit Italy, marmer Tulungagung, dan masih ada lagi yang lainnya. Semuanya ia dapatkan dari Tulungagung.
Harga yang dipatok tergantung dari jenis batu dan ukurannya. Granit beling dihargai paling murah. Tak heran batu jenis ini paling banyak diminati pemesan. Harganya berkisar mulai Rp 400 ribuan. “Untuk harga kita punya patokannya, tapi nanti kesepakatan kami dan pemesan,” jelasnya.
Dibantu tiga pekerja, Teguh mampu menyelasaikan pesanan kurang dari satu minggu. “Tapi kalau bulan puasa pesanan makin banyak, sampai-sampai kami kualahan,” katanya. Ia harus menambah jumlah pekerja sekitar tiga orang lagi. Karena hampir semua pemesan menginginkan batu nisannya jadi sebelum lebaran untuk memerbaiki makam sanak saudara dan kerabatnya.
Pemesannya berasal dari berbagai daerah. Bahkan sudah sampai keluar pulau Jawa. “Pelanggan saya juga ada sampai di Banjarmasin,” ujarnya. Teguh membuka lapaknya tidak menentu, lagi-lagi tergantung jumlah pesanan yang diterimanya, biasanya dari jam 7 pagi sampai 5 sore. (N: Subagus Indra/F: Reza Nurmansyah)
Nongkrong Bareng Beatles
Begitu masuk cafe ini Anda akan langsung merasakan suasana serba The Baetles di dalamnya. Ornamen, grafity hingga bingkai-bingkai foto yang tergantung merupakan anggota band kondang The Beatles. Anda pun siap Rock 'n Roll bersama teman-teman di tempat ini.
Selain Blackbird, cafe yang terletak di jalan Imam bonjol ini juga menggunakan judul-judul lagu the beatles untuk nama menu sajiannya, seperti minuman segar, hangat, kopi dan kue. "Kebetulan saya dan rekan saya Joseph adalah penggemar The Beatles. Jadi bukan kebetulan kalau saya mengusung konsep serba Beatles untuk cafe ini," ujar pemilik cafe, Bambang.
Personil The Beatles yang terdiri dari John, Paul, George dan Ringgo pun juga dijadikan sebagai nama minuman mereka, seperti Ringgo Swift. Nama minuman lainnya Starwberry field forever, Come together dan masih banyak lagi. "Kami buat sendiri nama-nama menu yang disajiankan. Tentunya dengan hal-hal yang berkaitan dengan The Beatles. Sebagian kita mengombinasikan judul lagu beatles dengan jenis makanannya. Biar cocok," Ujar pria 27 tahun ini sambil tersenyum.
Cafe ini juga menyediakan beberapa fasilitas free untuk pengunjung. Wi-Fi dan Game Wii (Guitar Hero The Beatles Rock Band, Tennis, Golf dan Bolling) bisa digunakan sesuka hati. Selain santai menikmati hidangan dan fasilitas, pengunjung juga dapat berbelanja pakaian di butik Garlick yang berada ditempat yang sama.
Cafe ini buka 12 jam dari pukul 12 siang. Jika Anda fans berat The Beatles yang gemar menghabiskan waktu nongkrong di cafe, Blackbird cafe bisa anda masukkan dalam list tempat yang wajib Anda kunjungi. N/F: Subagus Indra
Rabu, 04 Agustus 2010
Smanor Tambah Cabor Voli Pantai
Dalam perayaan disnatalis tersebut diperagakan beberapa cabang olahraga di Smanor. Diantaranya, gulat, judo, silat dan karate yang baru tahun pertama ada di Smanor. Dalam pertunjukan tersebut dikeluhkan kondisi matras untuk latihan gulat dan judo yang kurang layak.
Ditengah prestasi Smanor yang kian tinggi, dengan dibuktikan melalui berbagai pencapaian juara ditingkat daerah, nasional maupun internasional, sarana prasarana pendukung proses pelatihan dan belajar mengajar dianggap perlu ditambah.
"Kami (Dinas Pendidikan Jatim) sangat mendukung prestasi Smanor. Maka tahun ini kami telah mengajukan permohonan ke dewan untuk penambahan sarana dan preasarana Smanor," ujar Harun disela-sela acara.
Harun mengimbuhkan, rencana pembangunan bisa dilakukan 2011 nanti. Sarana prasarana yang akan ditambah antara lain, lapangan voli pantai, kolam renang, gedung serbaguna dan asrama putri.
Sebelumnya sekolah yang mempunyai visi unggul dalam prestasi olahraga dengan berlandaskan intelektualias dan Imtaq tersebut, memiliki enam cabor yang menjadi jurusan pembinaan. Yaitu cabor gulat, judo, silat, renang, atletik dan sepak takraw.
Penambahan cabor voli pantai ini pun bukan tanpa alasan. Dinas pendidikan jatim sebelumnya melakukan kajian setelah datang surat perintah dari KONI pusat. "Saya berharap kedepan anak-anak dapat meningkatkan rasa percaya dirinya untuk lebih berprestasi lagi," katanya.
Sekolah yang beralamat di Desa Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo ini berdiri sejak tahun 2000, bertepatan dengan penyelenggaraan PON XV Jatim. Berdasarkan PERGUM No.120 tahun 2008, sejak September 2009 sekolah yang membina ratusan atlet muda daerah Jatim tersebut berubah statusnya menjadi UPT Smanor Jawa Timur.
Pembinaan ini tak berujung sia-sia, banyak prestasi yang telah dicapai Smanor hingga saat ini. Untuk Kejurnas Remaja 2009 saja Smanor berhasil meraih Juara pertama untuk nomor Hot Sprint Kejurnas yunior dan remaja dengan 17 medali. Hampir 80 persen siswa–siswi di Smanor berprestasi di nomor cabangnya masing-masing.
Pada Popnas 2009 misalnya, Smanor sukses meraih tiga nomor. Yaitu Juara 1 nomor estafet atas nama Friska yesi, medali perak untuk nomor jalan cepat atas nama wulan dan medali perak untuk nomor 800 meter jarak menengah oleh Adi yudha.
Prestasi para alumni Smanor yang kini bergabung dalam pelatda, diantaranya Nur Rohman mendapatkan medali perak nomor sprint 400 meter di Sea Games kemarin. Heru Astrianto merengkuh medali perak nomor 400 meter Sea Games. Ali Wardana mendapatkan emas di PON Kalimantan Selatan. dan Slamet santoso meraih perak di PON untuk nomor lompat jauh.
Smanor mengambil siswa berprestasi dari seluruh kabipaten dan kota di Jatim. Selanjutnya akan diseleksi kembali menurut cabang olahraganya masing-masing. "Tahun ajaran ini ada 67 siswa baru," tutur kepala UPT Smanor Drs. Syamsudi, MM. N/F: Subagus Indra
Mahasiswa Sumbang Pikiran Perangi Bahaya Narkoba
Surabaya-Terhitung dari Januari hingga Juni 2010, data kasus narkoba berdasarkan profesi yang dihimpun Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Timur, tercatat 86 kasus dilakukan mahasiswa dan pelajar.
Berniat mengurangi angka tersebut, dengan semangat Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) yang telah diperingati 24 Juni 2010 di Nganjuk, Kamis (15/7) BNP Jatim menyelenggarakan workshop Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba bersama 100 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta di Surabaya.
Menurut Kasubid advokasi BNP, Hartono, SH, MSi, acara yang diselenggarakan di Java Paragon hotel and residence ini bertujuan untuk meningkatkan peran mahasiswa dalam memerangi bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
50 perguruan tinggi yang diundang, masing-masing mendelegasikan dua mahasiswanya untuk mengikuti rangkaian acara tersebut. Mahasiswa diberi hak bertanya dan menyuarakan aspirasinya. Hal tersebut diwadahi dengan dibukanya forum bagi mahasiswa untuk menyusun kiat-kiat, metode dan peran mereka turut aktif menanggulangi bahaya dan peredaran gelap narkoba.
“Selama ini kami (BNP) telah melaksanakan program represif (pemberantasan), treatment (pengobatan), rehabilitatif (penyembuhan) dan preventif (penyuluhan). Seperti yang kami lakukan bersama kawan-kawan mahasiswa saat ini,” tutur Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BNP Drs. H. A. Madjid Tawil.
Sebelumnya, mahasiwa diberi materi tentang bahaya narkoba dari sudut pandang hokum, medis dan pendidikan. Materi perspektif hokum dibawakan oleh Komisaris Polisi (Kompol) Suliestyorini, SH, S.Psi.
Sedangkan dari segi pendidikan disampaikan oleh Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Drs. Soubar Isman, SH, MH, MBA, MSC yang juga berperan menjadi staf ahli BNP Jatim. Kemudian pakar Narkoba dan HIV/AIDS, Dr. Soetjipto, SpKJ, memaparkan bahaya Napza dari bidang medis.
Acara ini mendapat tanggapan poitif dari para peserta. “Saya merasa sangat senang acara ini melibatkan peran mahasiswa untuk ikut memerangi narkoba. Saya dapat bertanya banyak langsung pada ahlinya soal bahaya narkoba yang mengintai disekitar kita,” kata Sahid, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Mahasiswa silih berganti men-sounding ide dan gagasannya memerangi narkoba. Sahid menambahkan, mahasiswa dapat berkreasi melalui kegiatan-kegiatan positif mengisi waktu luangnya, agar lebih bermanfaat. Jadi tidak menjadikan nerkoba sebagai bahan pelampiasan.
“Kita dapat mendirikan LSM anti narkoba yang menitik beratkan pada gaya hidup sehat. Bila fokus pada narkoba, ada kekhawatiran akan ditinggalkan. Jadi buat senyaman mungkin sesuai lifestyle anak muda tanpa narkoba,” kata Huda, mahasiswa universitas Narotama.
“Saya berharap pertemuan ini dapat memotivasi mahasiswa untuk turut andil memerangi bahaya narkoba. Sehingga dapat bekerjasama dengan pihak BNP maupun kepolisian dalam pemberantasan peredaran gelap narkoba” harap Madjid.
Selain itu, imbuhnya, mahasiswa dapat menjauhkan pergaulan dan lingkungannya dari narkoba. “Karena hidup lebih indah tanpa narkoba,” tuturnya diakhir acara.
Diwaktu terpisah, Dr. Soetjipto menghimbau agar tidak menjauhi dan mengasingkan bekas pemakai narkoba dalam masyarakat. “Karena mereka membutuhkan dorngan motivasi untuk hidup, jangan malah dikucilkan,” tukas dokter laboratorium Metadhone RSUD Dr. Soetomo. N/F: Subagus Indra
Kamis, 22 April 2010
Lenggang
Tak Ingin Kalah dengan Laki-laki
Peraih medali perak “Shankar’s Internasional Children Competition” di India 1973 ini menyatakan, perempuan punya hak yang sama dalam berkarya. Terutama dalam seni rupa. Perempuan juga punya kekuatan yang sama untuk menampilkan karya terbaik.
Ia menambahkan, perempuan memiliki semangat dan kreativitas yang tak kalah dibanding dengan laki-laki. “Bukan berarti wanita terbelakang. Namun, ada tugas dari alam sesuai kodrat kami (wanita),” tuturnya.
Sewaktu muda, Natalini sempat tak ingin menikah. “Saya ingin berkeliling dunia dan terus melukis,” ujar Lini, sapaan akrabnya. “Namun, saya merasa berdosa bila menentang kodrat tersebut,” ujar istri prof Ekobudi Jatmiko pembantu rektor IV ITS ini.
Dalam pameran yang diselenggarakan 16 April – 16 Mei tersebut, wanita yang mulai melukis sejak umur belasan tahun ini mempersembahkan lukisan diatas kanvas. Ia menyajikan warna gelap dalam lukisan yang diberi judul Contemplatif.
Selain itu, Natalini juga ditemani 21 perupa lain dalam pameran tersebut. Salah satunya Millie Huang. Ia menyuguhkan karya lukisan dengan menggunakan kuali (wajan) sebagai media yang dicat.
"Wajan sebagai peralatan dapur bisa dikatakan lekat dengan perempuan. Karena dapur adalah dunia perempuan, tapi perempuan juga bisa berkarya," ungkapnya.
Menurut kurator pameran Agus (Koecink) Soekamto, dalam karya-karya yang disajikan terdapat unsur kehalusan dan tampilan warna yang tidak terkesan memberontak. Kemudian ada kaitannya dengan dunia perempuan seperti daun, benang, kuali (wajan), bunga, dan sebagainya.
(Subagus Indra)
Batik Seru, Seni Batik Baru
Batik, kerajinan asli Indonesia ini memang telah diakui dunia melalui UNESCO (United Nation, Educational, Scientific and Cultural). Kini setiap 2 Desember diperigati sebagai hari batik nasional. Saat ini pun banyak orang gemar mengenakan batik.
Jika Anda ingin corak batik yang eksklusif, Seni batik mangrove rungkut Surabaya atau yang disingkat batik seru jadi pilihannya. “Bahan pewarna batik ini pakai limbah mangrove. Bahan ini punya gradasi warna yang amat liar,” tutur Lulut Sri Yuliani kreator batik seru. Setiap orang akan punya corak dan model yang berbeda dengan yang lain.
Keistimewaan batik seru terletak pada warna. Memang terkesan kusam. Itu karena gradasi yang membuat percampuran warna. “Berbeda dengan batik lain yang cenderung punya warna nge-jreng, biasanya itu kimia,” kata wanita 45 tahun ini.
Limbah mangrove seperti buah, biji daun dan yang lainnya memiliki warna-warna yang berbeda saat diolah. Pada proses pewarnaan, sebelum dilumurkan pada batik, limbah mangrove direbus hingga mendidih. Selanjutnya cairan itu dilukiskan pada kain batik.
Proses pewarnaan menggunakan mangrove bergantung pada cuaca. “Warna mangrove tidak dapat diprediksi. Meskipun jenis bahan pewarna sama, belum tentu warna yang dihasilkan pun sama,” ujarnya.
Proses pewarnaan membutuhkan sinar matahari yang baik. Semakin terang kondisi cuaca, warna yang dihasilkan semakin gelap. Sehingga, warna–warna gelap merupakan warna ekslusif dari batik seru. Seperti hitam, ungu dan cokelat.
Proses pembuatan batik setidaknya memakan waktu dua bulan. Terdiri dari pelukisan motif dan proses pewarnaan yang memakan waktu satu bulan. “Kita mempekerjakan 74 pengrajin batik di lingkungan Kelurahan Kedung Baruk, Rungkut,” imbuhnya.
Selain batik, mangrove juga dapat diolah menjadi produk lainnya. Seperti tempe, kerupuk, kue, sabun cair mangrove dan toga, wedhang dan pupuk.
Satu helai batik dengan ukuran panjang 1-3 meter dihargai 50-300 ribu rupiah. Ada juga yang harganya mencapai lebih dari satu juta rupiah. Tergantung ukuran kain dan corak warna yang Anda pilih.
Batik mangrove anda dijamin tidak akan sama dengan batik orang lain. “Batik yang sudah pernah dibuat, tidak akan bisa dibuat lagi. Kalaupun bisa, hasilnya tidak akan sama persis,” papar wanita yang memiliki gelar strata satu jurusan sastra jawa itu.
Batik ini sudah dipakemkan menjadi ciri khas batik Surabaya, kecamatan Rungkut pada khususnya. “Perhatian pemerintah pun sejauh ini cukup bagus. Lingkungan kita akan dijadikan wilayah percontohan pengrajin batik,” ujarnya.
Saat ini batik seru sudah didistribusikan sampai Singapura dan Thailand. Namun, jika anda memesannya, jangan berharap warna batik yang didapat sama dengan apa yang anda inginkan. Anda pun bisa memesannya langsung di Rumah produksi jalan Wisma kedung Asem Indah J-28.(Subagus Indra)
Senin, 05 April 2010
Berburu Tokek di Pasar Burung
Dibawah terik matahari Surabaya yang seakan membakar kulit, alunan kicau burung terdengar saling bersahutan. Senantiasa menemani ratusan pengunjung pasar burung, Kupang siang itu, menyulap suasana menjadi sejuk.
Minggu (4/4), suasana pasar burung sama seperti hari Minggu biasanya. Selalu penuh, bahkan membeludak ke bahu jalan Diponegoro. Tak jarang hingga menimbulkan kemacetan. Lebihnya jumlah peserta transaksi (penjual dan pembeli) yang tak sebanding dengan lahan yang tersedia menjadi penyebabnya. Karena bisa dibilang pasar burung merupakan pasar liar.
Namanya saja, pasar burung. Sepanjang mata memandang selalu terlihat burung dan sangkar yang terpampang di setiap lapak. Namun tak hanya itu, jika masuk lebih dalam, Anda dapat temukan penjual reptil. Seperti tokek dan kadal.
Tokek dan kadal, salah satu spesies reptil ini begitu bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit. Seperti kudis, bisul, gatal-gatal karena alergi, dan koreng. Di pasar tersebut tersedia tokek dengan berbagai ukuran. Tentu harga untuk setiap ukuran berbeda-beda. Untuk yang kecil dan sedang dengan ukuran sebesar tiga buah jari orang dewasa, dipatok harga 5.000 hingga 20.000 rupiah. Anda bisa mengeluarkan kocek hingga ratusan ribu untuk ukuran yang lebih besar.
Cara mengkonsumsi tokek dan kadal bisa digoreng atau dibakar. “Akan lebih mujarab kalau dibakar,” ujar Husein salah satu penjual tokek di tempat itu. Bagi yang doyan, akan lebih memilih tokek dari pada kadal, karena tingkat kemujarabannya lebih baik.
Bocah laki-laki berusia 14 tahun ini mengaku, selain untuk obat, pembeli biasanya menjadikan tokek sebagai hewan peliharaan. “Tokek Albino sering dicari pembeli untuk dijadikan peliharaan, harganya bisa mencapai ratusan juta per ekor.” imbuhnya.
Untuk mendapatkan hewan melata ini, Anda dapat memburunya setiap hari dari jam tujuh pagi hingga lima sore. Kecuali Jumat, tutup. (Subagus Indra)
Selasa, 30 Maret 2010
Wanita Punya Cerita
Setiap fotografer memiliki pengalaman dan cerita eksklusif disetiap kegiatan fotografinya. Tak hanya fotografer pria, wanita juga. Itulah yang disampaikan Mieke Jeanita Loal, Dita Putri, Atika Farmita dan Isabella Anjelita Jaya, pembicara diskusi foto yang diselenggarakan matanesia pictures dengan tema “Wanita Punya Cerita”, Sabtu (6/3) sore di ruang IV Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS).
Empat narasumber wanita yang memiliki latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan dan kesibukan yang berbeda, sengaja dikumpulkan untuk membahas satu kesamaan diantara mereka, yaitu minat dan pengalaman dibidang fotografi.
Mieke Jeanita Loal, ibu rumah tangga ini sudah berkeliling ke lebih dari 10 pulau di Indonesia untuk mengabadikan tempat dan momen menarik. “Menurut saya, belajar motret tidak dibatasi usia dan waktu,” tutur wanita yang akrab disapa mieke tersebut.
Setiap tawaran memotret seperti mengabadikan Foto keluarga, kegiatan outbond dan kegiatan kantor suami dianggap sebuah tantangan baginya. “Saat memotret saya tidak punya beban, apa saja saya potret, karena saya bukan wartawan,” ujar penggila foto landscape ini.
Wanita 42 tahun ini punya cerita menarik saat belajar memotret. “Saya coba-coba memotret kue dagangan seorang teman yang saat itu menawarkan pada saya. Kemudian saya iseng memasang foto tersebut di facebook. Tak disangka dagangannya laris manis,” ceritanya sambil tertawa.
Lain cerita dengan Dita Putri, Fotografer harian jawa pos ini sempat melewati masa-masa sulit menjadi fotografer wanita. “Ketika awal masuk deteksi (rubrik anak muda jawa pos), atasan saya sempat meremehkan kinerja seorang wanita. Akhirnya, saya membuktikan dan mendapat kepercayaan itu setelah enam bulan,” tutur perempuan yang baru saja meraih gelar sarjana hukum di universitas airlangga tersebut.
Atika Farmita pun punya cerita sendiri. Mahasiswi Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut menjadikan fotografi sebagai hobi
Ia mengatakan selalu membawa kamera kemanapun pergi. Salah satu pengalamannya, saat ia dalam perjalanan ke kampus, kebetulan menjumpai sekumpulan massa sedang berunjuk rasa didepan gedung Grahadi. “Karena saya membawa kamera, jadi tidak ada alasan bagi saya untuk tidak mengambil gambar tersebut,” tukasnya.
Terakhir, ditutup dengan presentasi Isabella Anjelita Jaya atau lebih akrab dipanggil Bella. Gadis kelas XI Sekolah Menengah Atas Petra 2 tersebut bergelut dengan dunia fotografi sejak kecil, berawal dari model. “Dari kecil Mama selalu membujuk saya untuk action didepan kamera. Sampai sekarang pun masih saya lakukan,” akunya.
Kecintaan terhadap kegiatan jepret-menjepret tak berbeda dengan kecintaannya terhadap Bonek mania (suporter Persebaya Surabaya). Karena itu, gadis yang mengambil ekstra kulikuler jurnalistik ini sering mengabadikan gambar-gambar tentang suporter yang diberrtakan sering melakukan anarki tersebut. Ia mengambil gambar ditengah fanatisme dan hiruk pikuk manusia yang berada di dalam tribun penonton.
“Mama sempat melarang saya untuk melihat persebaya di stadion gelora 10 Nopember, saya pun nekad diam-diam pergi tanpa izin mama.” Selorohnya. (Subagus Indra)
Kamis, 04 Maret 2010
Oase (ber)Syukur
Satu lagi persembahan teater Lingkar Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya – Almamater Waratawan Surabaya (Stikosa-AWS). Dengan mengangkat judul Syukur, Selasa (2/3) malam, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan moto “sayang tak ada kata-kata bila bisu jiwa senimu” itu menggelar pementasan perdana bagi angkatan anyarnya, Oase.
Drama teater yang diselenggarakan di ruang IV Stikosa-AWS ini menceritakan tentang penyesalan seorang anak atas kematian Ayahnya. Namanya Bima, ia terjerumus dalam pergaulan bebas. Sosok yang diperankan oleh Bagoes Dwi “Anjasmara” Sudharma ini terkurung dalam lingkaran setan Narkoba dan minuman keras.
Suatu ketika dikamarnya, sang ayah tersentak menemukan Bima sedang sakau memakai putau, sontak ayah naik pitam, saat itu juga terjadi pertengkaran diantara mereka. Ayah mengutuk anak semata wayangnya tersebut akan menyesali segala perbuatannya kelak. Hal itu pun terjadi ketika ayah Bima meninggal dunia
Pagelaran yang diperankan oleh lima aktor ini melalui proses persiapan jauh-jauh hari. “Kita melakukan persiapan untuk pementasan ini sejak satu bulan lalu. Namun, waktu efektifnya hanya sekitar dua minggu,” tutur ketua pelaksana, M. Susanto “Sudrun”.
Selain warga Stikosa-AWS, pentas perdana angkatan yang didiklat desmber 2009 ini juga dihadiri penikmat seni Surabaya seperti teater Cemara, mahasiswa STKW, SMA 6 Surabaya dan masih ada yang lainnya. (Subagus Indra)
Selasa, 23 Februari 2010
Jaga Reptil, Jaga Ekosistem
Komunitas yang visinya meliputi sosialisasi, edukasi dan konservasi keseimbangan ekosistem tersebut sering melakukan penyuluhan tentang reptil di berbagai sekolah dan desa. “Kami ingin menghilangkan paradigma masyarakat yang menganggap ular (reptil) jahat. Hanya perlu cara penanganan khusus dalam menghadapinya,” tutur wawan, wakil ketua komunitas yang beranggota 40 orang dari semua kalangan tersebut.
Komunitas ini juga mengkampanyekan reptil sebagai sahabat manusia. “Ini upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Sayang sekali kalau anak cucu kita kelak hanya ditunjukan gambar reptil saja, karena hewannya sudah punah,” ujarnya.
Perkumpulan hobi yang rutin berkumpul setiap Jumat malam di taman Bungkul itu sudah berkali-kali mengadakan penyuluhan pada public. Seperti di sekolah-sekolah, pramuka dan masyarakat jelata.
Mereka membedakan materi penyuluhan sesuai tingkatan usia. Untuk jenjang anak yang duduk dibangku sekolah dasar (SD), materi diberikan hanya sebatas pengenalan hewan reptil. “Namun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), tak hanya pengenalan, cara penanganan juga kami berikan,” tuturnya. Untuk anak SMA, imbuhnya, ditambah lagi dengan pengenalan organ-organ tubuh reptil seperti ular dan buaya.
“Selain itu, setiap kumpul kita selalu melakukan sharing tentang reptil yang kita miliki. Tentang bagaimana menjaga, merawat, menghadapi dan lain-lain. Kita juga terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenal reptil,” katanya.
Pengalaman-pengalaman menegangkan juga pernah dilewati beberapa anggota komunitas ini. Untuk mengalahkan tasa takutnya, jangan heran jika sampai ada yang mencium kepala kobra. ”Digigit sering, ibarat main air, kalau nggak basah kan rugi,” ujarnya sambil tertawa.
Ditanyai bagaimana tips menghadapi reptil, khususnya ular, wawan menyarankan jika tidak perlu gugup saat berhadapan dengan hewan melata tersebut. ”ular nggak pernah sampai mengejar manusia. Justru ular takut kalau bertemu dengan manusia,” Jelasnya.
Sejauh ini, Reptilia yang sebelumnya bergabung dengan komunitas pendahulunya, Surabaya Reptil, telah melakukan penyuluhan di berbagai daerah. “Dari Surabaya timur sampai utara kami sudah pernah datangi,” aku pemilik king kobra ini.
Wawan mengaku anggotanya tidak pernah memperdagangkan reptil yang dimiliki. Hewan-hewan tersebut dibeli dari pet shop. “Kalaupun harus menjualnya, kita hanya melakukan di kalangan sendiri. Toh, nanti juga kembali lagi ke kita,” tukasnya.
Masih berkaitan dengan visi yang mereka usung, untuk menjaga keseimbangan ekosistem, rencananya reptilia ingin melepas 100 ular ke habitatnya. ”Kita akan lepas di hutan mangrove Surabaya Timur, Gunungsari dan beberapa tempat lain di Surabaya,” ujarnya.
Disamping itu komunitas ini juga beberapa kali memenagkan kontes reptil. Diantaranya, Juara I, II dan III open venom, juara II dan III open phyton, juara I lomba lari biawak dan juara II biawak lomba makan. (Subagus Indra)
Kejar Kualitas, Gaet Kuantitas
Setiap tahun selalu diadakan kompetisi dosen dan mahasiswa berprestasi tingkat nasional. 13-18 Agustus 2008 lalu misalnya, terpilih 30 finalis yang terdiri dari 15 dosen dan 15 mahasiswa dalam kompetisi tersebut. Prof. Dr. Edy Tri Baskoro dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi juara pertama dosen berprestasi, dan Dordia Anindita Rotinsulu dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa berprestasi.
Acara seperti ini merupakan modalitas untuk menfasilitasi dan memotivasi sivitas akademika agar lebih terpacu untuk selalu produktif dalam melahirkan karya, inovasi, invensi yang relevan bagi kehidupan Negara dan bangsa Indonesia. Sangat diharapkan juga dari kegiatan ini sepeti ini akan terjadi proliferasi publikasi Internasional perguruan tinggi Indonesia yang hingga saat ini masih jauh dari harapan.
Realisasi Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (BHP), membuat institusi pendidikan harus bekerja keras untuk menghasilkan performa terbaiknya dalam pengelolaan akademik, administrasi, finansial, serta profesionalitas kualitas risetnya.
Seperti juga PT, berusaha melakukan peforna terbaiknya. Namun, tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan dari pengguna jasa pelayanan jasa pendidikan tersebut. Bukan hanya jumlah lulusan dan indeks prestasi saja, tetapi juga tingkat kepuasan mahasiswa yang ditinjau dari dosen yang memberikan pelayanan dalam proses belajar mengajar.
Menilik persoalan tersebut, evaluasi terhadap tenaga pendidik dirasa perlu dilakukan. Di lembaga pendidikan evaluasi terhadap para guru/dosen dimaksudkan untuk mencari perbaikan. Khususnya perbaikan mutu pendidikan dan bukannya untuk mendiskreditkan ataupun menghukum. Jadi dengan evaluasi akan diketahui kebaikan dan kekurangan kinerja dosen. Hasil ini harus ditindaklanjuti, kalau baik harus diakui dan dihargai. Kalau kurang baik harus diupayakan agar ada perbaikan di masa depan. Jadi evaluasi bukan suatu tujuan, namun suatu alat untuk perbaikan mutu.
Pemberdayaan Dosen
PT akan maju jika didukung oleh tenaga pendidik yang kompeten dalam bidangnya. Kompetensi dapat diartikan ciri-ciri pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang diperlukan untuk mencapai performansi yang tinggi. Kompetensi itu diperoleh dengan mengidentifikasi ciri-ciri dosen yang berperformansi tinggi untuk dibandingkan dengan ciri-ciri dosen yang berperformansi rata-rata.
Jika PT dianalogikan dengan sebuah televisi, dosen-dosen yang bekerja didalamnya bisa dikatakan sebagai program acara televisi yang ditayangkan. Memberikan informasi, ilmu, motivasi, kontrol sosial dan juga hiburan untuk mengatasi kejenuhan. Semakin baik penilaian pemirsa terhadap program-program acaranya (dosen), semakin baik pula perhatian pemirsa terhadap stasiun televisi (perguruan tinggi) tersebut.
Untuk dapat bersaing PT perlu memiliki ”kompetensi inti” yang dapat diandalkan. Kompetensi inti itu harus ditentukan sendiri oleh pimpinan PT yang bersangkutan, dengan menterjemahkan visi, misi dan tujuan-tujuan PT menjadi bentuk-bentuk kompetensi PT.
Untuk memelihara dan mengembangkan kompetensi-kompetensi inti, dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat mendukung terwujudnya kompetensi itu. Kompetensi-kompetensi inti PT itu kemudian diterjemahkan ke dalam kompetensi individu, yang ”wajib” dimiliki oleh semua dosen PT itu, sesuai dengan pekerjaan, tugas dan kewajiban masing-masing. Jadi kompetensi individu harus merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti PT, agar pengembangan SDM dan kompetensi individu benar-benar relevan dengan kepentingan pencapaian tujuan-tujuan PT.
Manajemen Dosen Berbasis Kompetensi (MDBK) adalah pengelolaan SDM PT berlandaskan performansi sebagai wujud aktualisasi kompetensi dosen. Dalam hal ini kompetensi merupakan penjabaran sasaran dan strategi PT, sehingga akan menjadi jembatan pencapaian sasaran dan strategi PT di satu sisi, dan pengembangan serta pemeliharaan kompetensi yang harus dikontribusikan dari sisi SDM.
Jadi pemeliharaan dan pengembangan kompetensi dosen berarti pula pemeliharaan dan pengembangan kompetensi inti perguruan tinggi. MDBK memungkinkan pengelolaan dosen yang sejalan dengan misi dan proses perguruan tinggi, karena integrasi antara pengembangan SDM dengan strategi dan sasaran perguruan tinggi. Semua fungsi pengembangan SDM diarahkan untuk mengasah kompetensi perguruan tinggi, yang diyakini merupakan pembentuk keunggulan kompetitif PT. (Subagus Indra)
Senin, 08 Februari 2010
Gratis, Pelopor Majalah Fotografi di Jatim
Acara peluncuran majalah yang kontennya juga mengangkat potensi Sidoarjo tersebut dihadiri komunitas fotografi lain kota lobster, seperti AFOS, SIFOC dan KOPDAR. Selain itu, pengacara kawakan Sidoarjo Bambang Soetjipto, S.H turut melengkapkan acara.
“Ini merupakan majalah fotografi pertama di Sidoarjo, bahkan di Jatim. Semoga lewat foto dalam media ini akan lebih banyak lagi potensi Sidoarjo yang diangkat ke permukaan,” tutur Bambang ketika acara berlangsung.
Untuk edisi pertama ini DMI+ hanya cetak 1000 eksemplar. Selanjutnya, majalah yang terbit tiga bulan sekali atau triwulan ini akan didistribusikan di toko-toko buku, komunitas serta beberapa tempat umum di Sidoarjo dan sekitarnya.
Lebih baik, imbuh Bambang, kedepan majalah ini bisa terbit satu bulan sekali. Agar pembaca tidak menunggu terlalu lama untuk edisi berikutnya.
“Delta Independent magazine tidak semata-mata diperuntukkan untuk anggota komunitas delta independent saja. Namun, komunitas fotografi lain di Sidoarjo bisa menuangkan karya dan ilmunya disini. Jadi kita dapat saling sharing,” ujar editor foto DIM+ Imam Sy. (N: Subagus Indra)
Jumat, 29 Januari 2010
Geliat Pembinaan Atlet Muda Smanor
“Kami mengambil siswa dari seluruh kota di provinsi Jawa Timur (Jatim), masing-masing kota mengirimkan perwakilan siswa berprestasi dalam bidang olahraga. Selanjutnya, kami melakukan tes lagi terhadap siswa tersebut,” tutur kepala tata usaha sekolah Smanor, Yusuf.
Sekolah yang mempunyai visi unggul dalam prestasi olahraga dengan berlandaskan intelektualias dan Imtaq tersebut memiliki enam cabang olah raga (cabor) yang menjadi jurusan pembinaan. Diantaranya, cabor gulat, judo, silat, renang, atletik dan sepak takraw.
Disini siswa yang berkumpul dan berasal dari berbagai daerah di Jatim mendapatkan berbagai fasilitas. Diantaranya, asrama, makan, seragam dan biaya sekolah cuma-cuma. “Kecuali untuk bimbingan belajar, setiap siswa di punguti biaya,” ujarnya.
Dalam pembinaan atlet mudanya, Smanor memiliki peraturan-peraturan yang wajib ditaati oleh setiap siswa. Seperti berlakunya jam latihan dan jam malam. “Siswa bangun pukul 05.00 WIB untuk latihan hingga pukul 07.00 WIB. Kemudian dilanjutkan pelajaran kelas seperti siswa pada umumnya hingga pukul 02.30 WIB. Selanjutnya, siswa kembali latihan sampai pukul 18.00 WIB,” ujarnya.
Jadi, imbuhnya, jadwal latihan tidak sampai mengganggu kegiatan belajarnya dikelas. Sehingga mereka tetap sama mendapatkan hak edukasi layaknya siswa di sekolah lain
“Kami juga memberlakukan jam malam bagi siswa-siswi, mereka dibatasi keluar asrama hingga pukul 09.00 saja,” tuturnya.
Untuk menjalankan roda pengajaran, Smanor didukung 16 pelatih dan 13 guru akademis. ”kami terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian fungsional yang mengurusi akademis. Administrasi dan Kepelatihan yang mengurusi praktek,” tuturnya.
Untuk pembinaan praktek kepelatihan, Smanor biasa menggunakan GOR (Gelanggang Olahraga) Sidoarjo sebagai venue latihan mereka. “Biasanya cabor renang dan atletik latiuhan di GOR Sidoarjo,” tukasnya.
Sekolah yang beralamat di desa Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo ini berdiri sejak tahun 2000, bertepatan dengan penyelenggaraan PON XV Jatim. Berdasarkan PERGUM No.120 tahun 2008, sejak September 2009 sekolah yang membina ratusan atlet muda daerah Jatim tersebut berubah statusnya menjadi UPT Smanor Jawa Timur.
Pembinaan ini tak berujung sia-sia, banyak prestasi yang telah dicapai Smanor hingga saat ini. Untuk Kejurnas Remaja 2009 saja Smanor berhasil meraih Juara pertama untuk nomor Hot Sprint Kejurnas yunior dan remaja dengan 17 medali. Hampir 80 persen siswa – siswi di Smanor berprestasi di nomor cabangnya masing-masing.
Kemudian pada POPNAS 2009 Smanor sukses meraih tiga nomor, yaitu Juara 1 nomor estafet atas nama Friska yesimedali perak untuk nomor jalan cepat atas nama wulanmedali perak untuk nomor 800m jarak menengah atas nama Adi yudha.
Prestasi para alumni Smanor yang kini bergabung dalam pelatda, diantaranya Nur Rohman mendapatkan medali perak nomor sprint 400 m di sea games kemarin. Heru Astrianto mendapatkan medali perak nomor 400 m di sea games. Ali Wardana mendapatkan emas di PON kemarin. Slamet santoso mendapatkan perak di PON untuk nomor lompat jauh. (N: Subagus Indra)
Sabtu, 23 Januari 2010
KA Pengangkut Bonek Jalan Terus
Untuk memulangkan bonek mania, pasca lawatan ke bandung mendukung tim kesayangannya Persebaya, Minggu (24/1). PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) memberangkatkan dua kereta api khusus, yaitu Kereta Api Pasundan dan Kereta Api Luar Biasa Langsung dari Bandung ke Surabaya. Untuk mengantisipasi aksi anarkisme yang sering dilakukan bonek mania, kereta berjalan tanpa berhenti di setiap stasiun.
Menurut Kepala humas PT KAI Daerah Operasi VIII Surabaya Nur Amin, Minggu (24/1), kereta api berangkat dari Surabaya pukul 00.30 dan 01.00 menuju Stasiun Rancaekek. “Selanjutnya, kereta akan langsung meluncur ke Stasiun Wonokromo tanpa berhenti di stasiun lain,” imbuhnya.
PT KAI telah menyiapkan petugas untuk menggiring bonek keluar Stasiun Wonokromo lewat pintu khusus, terpisah dengan jalur penumpang reguler. (N: Subagus Indra/Sumber: Kompas.com)
Jumat, 08 Januari 2010
Stikosa-AWS Undang Pemred JTV, bahas Kode Etik
Stikosa-AWS (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya) mengundang Imam Syafi’i, pemimpin redaksi JTV (Jurnal Televisi) dalam kuliah umum yang diselenggrakan di ruang IV pukul 08.00 WIB, dengan tema bahasan Bedah Kasus Pers (kode etik dan hukum pers) Rabu (30/12).
Pria yang mengawali karir kewartawanannya di Jawa Pos tahun 1994 tersebut banyak bercerita tentang pengalamannya menjadi kuli tinta, disangkut pautkan dengan masalah Kode Etik Jurnalistik (KEJ). “Mahasiswa jadi tahu ada kesamaan antara keadaan riil dilapangan dengan teori yang diajarkan dikelas,” Ujar dosen mata kuliah kode etik dan hukum media, Sirikit Syah, ketika acara berlangsung.
Dengan diadakan acara ini, kampus yang banyak membidani lahirnya jurnalis profesional ini berharap mahasiswanya lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja.
“Antusiasme mahasiswa begitu baik, saya sempat kaget. Mungkin karena memang ini kampusnya wartawan ya?,” tutur Imam diakhir acara. (N: Subagus Indra)
Bekali Kode Etik, hadapi Tantangan Kerja
Bertujuan memberi bekal bagi mahasiswa menjalani tantangan dunia kerja. Rabu (30/12) pukul 08.00 WIB di ruang IV Stikosa-AWS (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya) diadakan kuliah umum dengan tema Bedah Kasus Pers (kode etik dan hukum pers). “Agar mahasiswa tahu, ada kesamaan antara teori dengan kenyataan di lapangan. Jadi, nggak cuma tahu teorinya,” kata Sirikit Syah, dosen mata kuliah kode etik dan hukum media ketika acara berlangsung.
Kuliah umum ini diwajibkan untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah kode etik & hukum media dan dasar-dasar jurnalistik. Acara tersebut mengahirkan Imam Syafi’i, SS, SH, M.Hum. pemimpin redaksi JTV sebagai pembicara.
Pria yang sebelumnya menjabat sebagai pemimpin redaksi Indo Pos ini menjelaskan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), dikaitkan dengan pengalamannya didunia kewartawanan yang dirintis sejak tahun 1994.
Antusiasme peserta kuliah umum cukup baik. Terbukti dari jumlah pertanyaan yang diajukan kepada pembicara melebihi jumlah yang ditawarkan. “Respons mahasiswa saya rasa begitu baik. Berbeda dengan kampus-kampus lain yang pernah saya datangi,”ujar Imam. (N: Subagus Indra)